Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Pada Rapat Direksi tanggal 27 September 2016 telah dilakukan penyelarasan Corporate Plan 2015-2020. Hal ini dilakukan karena Bank Mandiri merasa Corporate Plan yang telah disusun tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi Perseroan saat itu. Pada tahun 2016 yang lalu telah terjadi perlambatan ekonomi makro dengan salah satu indikatornya di Bank Mandiri adalah peningkatan NPL yang cukup signifikan. Peningkatan NPL tersebut khususnya terjadi pada kualitas kredit di segmen yang selama ini mendominasi pertumbuhan kredit Bank Mandiri, namun segmen tersebut bukanlah core competency awal Bank Mandiri.
Beranjak dari kondisi tersebut, termasuk juga tidak ingin memperbesar gap market cap, maka dirasakan perlu bagi Bank Mandiri untuk melakukan penyelarasan aspirasi dan visi Bank Mandiri, Corporate Plan 2020 serta kembali ke Core Competency awal yaitu segmen Corporate Banking. Adapun hasil penyelarasan aspirasi dan visi Bank Mandiri 2020 serta penyelarasan Corporate Plan 2020 untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan adalah sebagai berikut:
Dalam rangka penerapan green building di Kantor Pusat Bank Mandiri, fitur-fitur dalam bangunan kantor terus ditambah untuk mendukung konsep green building. Upaya ini dilakukan, misalnya mengelola limbah, membuat lahan parkir untuk sepeda, dan memaksimalkan ruang hijau yang cukup luas. Selain itu, aktivitas operasional Bank Mandiri juga diintegrasikan dalam satu lokasi, sehingga menciptakan sinergi yang lebih baik di antara unit-unit kerja.
Upaya lainnya adalah penggunaan kaca di beberapa bagian dinding gedung Kantor Pusat Bank Mandiri. Fungsi kaca ini adalah untuk menghemat penggunaan listrik pada bangunan dengan memaksimalkan pencahayaan matahari, sehingga menghemat pencahayaan dari lampu. Selain itu, Bank Mandiri juga berinisiatif untuk mengganti lampu biasa dengan lampu LED, mengganti pendingin ruangan dengan bahan ramah lingkungan, memasang timer dan mengurangi penggunaan kelebihan listrik di seluruh unit kerja Kantor Bank Mandiri. Hasilnya, penggunaan listrik di Kantor Pusat terus menurun dan jumlah ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi.
Selain itu, upaya nyata dalam menurunkan emisi adalah menggalakkan Komunitas Mandiri Bersepeda. Hingga akhir tahun 2017, terdapat 88 anggota komunitas Mandiri Bersepeda di Jabodetabek dan lebih dari 250 anggota di seluruh Indonesia.Jumlah ini diharapkan mencapai target lebih dari 275 anggota diakhir tahun 2018. Kegiatan komunitas Mandiri Bersepeda antara lain bike to work, yaitu kegiatan bersepeda ketika berangkat bekerja. Kegiatan bike to work diperkirakan dapat mengurangi pemakaian Pertalite.
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, Bank Mandiri memakai banyak kertas dan peralatan kantor, terutama komputer. Dari peralatan kantor yang sudah tidak terpakai dan hasil buangan kertas dikelola dengan cara bekerja sama dengan pihak ke-3 yang memiliki perijinan untuk mengolah limbah. Di tahun 2017, jumlah limbah menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2017, Bank Mandiri menggunakan kertas sebanyak 32.124.874 lembar untuk mendukung kegiatan operasional. Jumlah pemakaian tersebut mengalami penurunan 53.288 lembar dari tahun sebelumnya. Penurunan pemakaian kertas sejalan dengan program penghematan kertas, antara lain dengan tidak mencetak dokumen atau surat elektronik yang tidak terlalu penting atau mencetak dokumen dengan kertas bolak-balik. Di samping itu, dengan semakin berkembangnya layanan digital banking, maka pemakaian kertas dapat terus dikurangi.
Surat berharga syariah adalah surat bukti penanaman dalam surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang syariah dan/atau pasar modal syariah antara lain obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. Investasi pada surat berharga, kecuali Reksadana, diklasifikasikan berdasarkan model usaha yang ditentukan oleh Bank berdasarkan klasifikasi sesuai PSAK No. 110 (Revisi 2015) tentang “Akuntansi Sukuk” sebagai berikut:
1) Diukur pada biaya perolehan. Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika: (a) investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual; dan (b) persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
2) Diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain. Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain jika: (a) investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual dan melakukan penjualan sukuk; dan (b) persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
3) Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dimana sukuk dinilai sebesar nilai wajar. Sukuk dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan dari transaksi jual beli.
Bank mengakui investasi pada sukuk sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan sukuk yang diukur pada biaya perolehan dan pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain termasuk biaya transaksi. Sedangkan biaya perolehan sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya transaksi. Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya perolehan dan pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain, selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktusukuk. Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain, perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Pada saat terjadi penghentian pengakuan saldo perubahan nilai wajar dalam penghasilan komprehensif lain direklasifikasi ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.
Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi. Investasi dalam unit penyertaan reksadana syariah dinyatakan sebesar nilai pasar sesuai nilai aset bersih dari reksadana pada tanggal laporan posisi keuangan. Wesel ekspor merupakan transaksi yang timbul karena adanya pembayaran dimuka kepada pihak lain sehubungan dengan transaksi ekspor impor nasabah. Wesel ekspor dinyatakan sebesar saldonya. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA) merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) yang digunakan sebagai sarana investasi jangka pendek di pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah, SIMA disajikan sebesar saldonya dikurangi dengan penyisihan kerugian.
Tahapan Penyusunan Visi, Misi, dan BSM Shared Values
1. BSM melakukan evaluasi terhadap pencapaian kinerja dan kekuatan internal BSM.
2. BSM melakukan evaluasi terhadap perubahan strategis lingkungan eksternal Perusahaan dan mempertimbangkan peluang bisnis di masa akan datang.
3. BSM melakukan evaluasi dan identifikasi terhadap harapan dan kebutuhan para pemangku kepentingan
4. Dengan mempertimbangkan Kekuatan Internal dan Peluang Eksternal serta harapan para pemangku kepentingan, Direksi merumuskan Visi dan Misi, Direksi beserta Senior Management dan perwakilan pegawai merumuskan BSM Shared Values.
5. Visi, Misi, dan BSM Shared Values tersebut kemudian disampaikan dan dievaluasi oleh Dewan Komisaris yang kemudian ditetapkan dan disepakati bersama oleh Dewan Komisaris dan Direksi.
6. Direksi menetapkan Visi, Misi, dan BSM Shared Values di dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan.
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi BSM tersebut, insan-insan BSM perlu menyumbangkan (share) untuk BSM dengan nilai-nilai yang relatif seragam. Insan-insan BSM telah menggali dan menyepakati nilai-nilai dimaksud, yang kemudian disebut BSM Shared Values. BSM Shared Values tersebut adalah ETHIC (Excellence, Teamwork, Humanity, Integrity, dan Customer Focus).
Bagi BSM, pelaksanaan tanggung jawab sosial merupakan investasi sosial dalam mewujudkan pertumbuhan kinerja Bank melalui sinergi dengan stakeholders seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi massa (ormas), dan lain-lain. Dalam implementasi pelaksanaan CSR, BSM menjalin kerjasama dengan Laznas BSM / lembaga mitra dalam penyaluran dana zakat perusahaan dan pelaksanaan programprogram yang bersifat kemanusiaan (humanity). Acuan kerja pelaksanaan program CSR melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) BSM dan Laznas BSM No. 12/410- PKS/DIR; No. 09/001/LAZBSM/ DIR tanggal 12 November 2010 tentang Penyaluran Zakat dan Dana Program.
BSM menyakini implementasi CSR akan memberikan banyak manfaat bagi BSM. Keberhasilan implementasi CSR dalam jangka panjang diyakini berpengaruh, terutama pada aspek tumbuhnya kepercayaan, terciptanya keharmonisan dan meningkatkan reputasi yang pada gilirannya memiliki implikasi pada penciptaan nilai tambah yang mendorong kelancaran kestabilan dan pertumbuhan usaha Perusahaan.
Pada 2016, BSM telah berhasil menyalurkan pembiayaan usaha pada Micro sebesar Rp4,18 triliun, tumbuh sebesar Rp654,90 Miliar atau 18,57% dibandingkan pembiayaan usaha segmen Micro pada tahun 2015 sebesar Rp3,53 triliun. Pertumbuhan positif pembiayaan mikro juga diikuti dengan angka nonperforming financing (NPF) yang terjaga baik, posisi Desember 2016 sebesar 3.36%. Angka tersebut jauh melampaui target NPF Desember 2016 sebesar 5%.
Sedangkan penyaluran pembiayaan usaha pada Business Banking sebesar Rp9,76 triliun, tumbuh Rp19 miliar atau 1,98% dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan usaha Business Banking pada 2015 sebesar Rp9.57 triliun.
Dana Zakat bersumber dari zakat perusahaan (BSM), zakat dari nasabah dan umum, serta zakat pegawai Bank. Pada tahun 2016, BSM telah menyalurkan dana zakat sebesar Rp24,32 miliar, sedangkan penyaluran zakat pada tahun 2015 sebesar Rp22,85 miliar melalui LAZNAS BSM.
Adapun Penggunaan dana zakat dari BSM melalui LAZNAS BSM disalurkan dalam bentuk 3 (tiga) program utama yaitu: program Mitra Umat, program Didik Umat dan program Simpati Umat. Pada tahun 2016, dana zakat yang telah disalurkan melalui LAZNAS BSM mencapai Rp5,96 miliar sebagai berikut:
Dana Kebajikan bersumber dari Denda, Pendapatan Non Halal dan Dana Sosial lainnya. Penerimaan Dana Kebajikan per 31 Desember 2016 sebesar Rp40,68 miliar, sedangkan penerimaan periode sebelumnya sebesar Rp73,74 miliar. Dana kebajikan tersebut telah disalurkan melalui LAZNAS BSM pada tahun 2016 sebesar Rp36,99 miliar.
Program Penyaluran dana kebajikan berdasarkan pada 3 pilar antara lain:
1. Spiritualitas (Character Building):
a. Bantuan mushalla/masjid dan fasilitas pendukung
b. Bantuan kegiatan dakwah dan keagamaan
2. Nasionalisme (National Contribution):
a. Beasiswa untuk anak kurang mampu
b. Bantuan pembangunan sekolah/pesantren
c. Bantuan kebencanaan
3. Kesejahteraan (Economic Empowerment):
a. Bantuan pelatihan dan modal kerja
b. Bantuan pemberdayaan ekonomi
Program CSR BSM di bidang pengembangan pendidikan melalui program Didik Umat selama tahun 2016 menggunakan dana sebesar Rp2,36 miliar, turun dibanding realisasi tahun 2015 sebesar Rp7,58 miliar. Program Didik umat telah disalurkan kepada 313 orang dan 13 lembaga.
Program difokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan, yang diwujudkan dalam bentuk pemberian beasiswa kepada siswa dari keluarga kurang mampu mulai pelajar Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Kegiatan dilaksanakan secara menyeluruh baik di lingkungan Kantor Pusat BSM di Jakarta maupun kantor cabang di seluruh pelosok negeri.
Program CSR BSM di bidang sosial kemasyarakatan melalui program Simpati Umat selama tahun 2016 menggunakan dana sebesar Rp3,20 miliar, turun dibanding realisasi tahun 2015 sebesar Rp5,10 miliar. Program Simpati Umat telah disalurkan kepada 9.347 orang dan 30 lembaga. Program CSR untuk bidang social/budaya diwujudkan dalam bentuk santunan dhuafa, santunan Ramadhan, bantuan korban bencana alam, bantuan pembangunan dan renovasi masjid dan madrasah, perbaikan sarana /prasarana, perbaikan sanitasi air, dan program-program lainnya.
IT'S MORE THAN
Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan
VISI, MISI, DAN TATA NILAI
Annual Report
Sustainability
Report
Catatan Atas Laporan Keuangan
Pengelolaan gedung juga diiringi dengan pengelolaan air dan pemanfaatan 30% area terbuka hijau, yaitu sebesar 13.000 m2 dari total 39.000m2. Di tempat ini dilakukan pengolahan air (water recycle) untuk dimanfaatkan kembali dan pembuatan lubang biopori sebagai penampung air hujan. Hingga akhir Desember 2017, terdapat 60 lubang biopori dan ditargetkan pembuatan biopori akan terus ditambah hingga mencapai 80 lubang. Penggunaan air daur ulang juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman-tanaman di halaman Kantor Pusat Bank Mandiri.
Demikian pula di kantor pusat Bank Mandiri, terdapat pengelolaan limbah sewage treatment plan sehingga menghemat biaya pengelolaan lingkungan. Pengelolaan limbah ini dilakukan oleh pengelola gedung dan berhasil mendaur ulang air buangan menjadi air siap minum (reverse osmosis/RO) yang sudah mendapatkan label halal. Dengan adanya inisiatif ini, maka air olahan dapat digunakan untuk mesin pendingin dan penyiraman taman. Penghematan atas upaya ini adalah Rp2.000/m3.
Upaya Bank Mandiri dalam melakukan efisiensi pemakaian air berhasil mengurangi penggunaan air sebanyak 5.508 m3 dan penggunaan air daur ulang meningkat menjadi 25,63% dari total konsumsi air bersih. Penghematan listrik berhasil mengurangi pemakaian energi listrik sebesar 394.758 Kwh dibanding tahun sebelumnya. Pengurangan emisi juga dilakukan dengan pengurangan pemakaian kendaraan kantor melalui pemakaian 4 (empat) unit mobil shuttle. Adanya mobil shuttle untuk para pegawai mampu menurunkan penggunaan Bahan Bakar Pertalite sebesar 18,6 lt/hari.
Untuk memastikan pencapaian tujuan strategis pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, BSM senantiasa mengembangkan program dengan mempertimbangkan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan dan berlanjutnya manfaat pelaksanaan program bagi tumbuh dan berkembangnya kemandirian komunitas sekitar. Melalui pendekatan triplle bottom lines yang meliputi kinerja ekonomi (economic indicators), kinerja lingkungan (environmental indicators), dan kinerja sosial (social indicators), diharapkan keberadaan BSM tidak hanya bermanfaat bagi para pemegang saham (shareholders), tetapi juga kepada pemangku kepentingan (stakeholders) yang lebih luas yaitu nasabah/ konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Dengan kata lain, BSM berusaha untuk memaksimalkan laba perusahaan (profit) selaras dengan tujuan untuk memberikan kemanfaatan yang sebesarbesarnya bagi masyarakat (people), dan lingkungan (planet).
Adanya area terbuka hijau yang banyak ditanami pepohonan di sekitar lingkungan unit kerja Bank Mandiri, memberikan kesempatan pengolahan pupuk organik yang didapat dari daundaun gugur. Pupuk ini digunakan kembali untuk menyuburkan tanaman sehingga ada peghematan biaya karena tidak perlu membeli pupuk lagi.