Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Kelompok 8
1946-1965
Di Bidang Ideologi
Disintegrasi bangsa adalah sebuah keadaan dimana tidak bersatu padu dan menghilangnya keutuhan atau persatuan suatu bangsa yang akan menyebabkan perpecahan.
Disintegrasi berdasarkan ideologi adalah keadaan perpecahan pada bangsa yang disebabkan oleh ketidaksatuan dan ketidaksamaan atas kepercayaan dan keyakinan rakyat terhadap gagasan, nilai atau bahkan cara untuk mencapai tujuan bangsa.
Pemberontakan PKI Madiun (1948)
1
Pemimpin: Amir Sjarifuddin dan muso.
Tujuan: Menggulingkan pemerintahan dan mengganti Landasan Negara .
2
Puncak pemberontakan tersebut terjadi pada 18 September 1948, saat pemberontak berhasil menguasai kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia
Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan dengan menculik dan membunuh beberapa tokoh negara.
Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.
Panglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi oleh RI. Beberapa petinggi PKI melarikan diri ke Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan Lukman. Muso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo. Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati.
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah gerakan Islam yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Gerakan ini resmi dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1949 dan pemberontakkannya dimulai pada tanggal 20 September 1953. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah kepemimpinan Imam Besar NII
Membentuk Negara Islam Indonesia secara berdaulat dan diakui oleh negara lain
Menjadikan Indonesia sebagai negara dengan dasar syariat Islam
Menjadikan hukum Islam sebagai hukum negara Indonesia
Mengubah undang-undang dan konstitusi yang sudah ada agar berbasis syariat Islam
Menolak ideologi dan hukum lain selain al-Quran dan Hadis
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah gerakan Islam yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Gerakan ini resmi dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1949 dan pemberontakkannya dimulai pada tanggal 20 September 1953. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah kepemimpinan Imam Besar NII
- Pada 17 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Kartosuwiryo
mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia telah berdiri di Indonesia.
- Gerakan dan pemberontakan DI/TII kemudian menyebar dari Jawa Barat
- Gerakan tersebut merusak fasilitas umum dan menyiksa warga
- Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat, dan kelompok DI/TII berhadapan dengan mereka.
- Kerusuhan terjadi hingga tahun 1961 dengan jumlah korban yang cukup besar.
- Pada 1962 Kartosuryo tertangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah.
Penyelesaian pemberontakan Darul Islam (DI) dilakukan dengan dua cara yakni damai dengan perjanjian atau diplomasi dan militer dengan melakukan operasi militer pada setiap daerah sehingga pemberontakan DI/TII dapat ditumpas dan diselesaikan.
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa kudeta yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur. Peristiwa ini disebut dengan istilah GESTOK(Gerakan Satu Oktober) oleh Presiden Soekarno dan GESTAPU(Gerakan September Tiga Puluh) oleh Presiden Soeharto, kemudian istilahnya diubah menjadi G30S/PKI(Gerakan 30 September PKI) oleh Presiden Soeharto.
Jalan Raya Pondok Gede RT1/RW2, Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Tidak Pasti. Terdapat banyak konspirasi dan versi dari peristiwa ini.
Dibawah pimpinan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto, TNI angkatan darat dan melaksanakan aksi pemberantasan dan penumpasan pemimpin, anggota dan simpatisan PKI baik di pusat maupun daerah. Namun juga dilakukan melalui Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) yang mengadili anggota ABRI dan tokoh PKI yang terlibat.
Ketiga peristiwa tersebut memiliki satu kesamaan yaitu disebabkan oleh ideologgi atau kepercayaan yang berbeda sehingga menimbulkan konflik yang memecah persatuan dan mengancam ideologi dari Pancasila.