Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Sirosis adalah kondisi rusaknya organ hati akibat terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut ini terbentuk akibat penyakit liver yang berkepanjangan, misalnya karena infeksi virus hepatitis atau kecanduan alkohol.
Infeksi virus atau konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mencederai hati secara perlahan. Organ hati akan memperbaiki cedera tersebut dengan membentuk jaringan parut. Jika kerusakan atau kelainan pada hati terus berlanjut, jaringan parut yang terbentuk akan semakin banyak dan mengganggu fungsi hati.
Tahap Kerusakan Hati
Ada empat macam sirosis, yaitu :
1) Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi.
2) Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus.
3) Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus koledukus komunis (duktus sistikus).
4) Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung kongestif). (Mary Baradero, dkk. 2015).
Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi misalnya hepatitis dan obstruksi saluran empedu yang menyebabkan penimbunan empedu di kanalikulus dan ruptur kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin
Penyebab lain dari serosis hepatis, yaitu :
1. Alkohol
2. Serosis Kriptogenik
3. Kelaianan genetik
4. Primary Biliary Cirrhosis (Penyakit hati akibat Kelainan sistem imun)
5. Primary Sclerosing Cholangitis (ditemukan pada px yang mengalami radang usus besar)
6. Hepatitis Autoimun
1. Pembesaran Hati ( hepatomegali )
2. Obstruksi Portal dan Asites
3. Varises Gastroinstestinal
4. Edema
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia
6. Kemunduran mental
Manifestasi lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
a. Mual-mual dan nafsu makan menurun
b. Cepat lelah
c. Kelemahan otot
d. Penurunan berat badan
e. Air kencing berwarna gelap
f. Kadang-kadang hati teraba keras
g. Ikterus, spider nevi, eritema palmaris
h. Hematemesis, melena
penyakit kuning yang ditunjukkan dengan perubahan warna kekuningan pada kulit, konjungtiva, dan sklera akibat peningkatan bilirubin plasma
Spider Nevi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan kumpulan pembuluh darah kecil yang menyerupai sarang laba-laba terlihat pada permukaan kulit.
Spider nevi dapat disebabkan oleh cedera, paparan sinar matahari, perubahan hormon, atau gangguan pada hati. Seringkali penyebab spider
kondisi dimanamunculnya bercak kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah di bawah kulit.
1. Edema dan ascites
2. Luka dan pendarahan
3. Penguningan
4. Gatal-gatal
5. Batu empedu
6. Racun didarah dan otak
7. Varises
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Skan/biopsy hati : Mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati
2. Kolesistografai/Kolangiografi : Memperlihatkan penyakit duktus empedu yang mungkin sebagai factor predisposisi.
3. Esofagoskopi : Dapat melihat adanya varises esophagus
4. Portografi Transhepatik perkutaneus : Memperlihatkan sirkulasi system vena portal
1. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia.
2. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak.
3. Kadar albumin rendah.
4. Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
5. Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.
6. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati membentuk glikogen.
7. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila AFP terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit terjadi.
Hal ini merupakan upaya agar masyarakat yang berada dalam keadaan sakit tidak jatuh dalam keadaan sakit, melalui usaha mengontrol dan mengatasi faktor resiko dengan sasaran utamanya adalah orang sehat melalui promosi kesehatan, perlindungan umum dan khusus.
Cara untuk mencegah terjadinya Sirosis dengan tidak mengkonsumsi alkohol, menghindari resiko infeksi virus Hepatitis B dan Hepatitis C, tidak mengkonsumsi obat yang memiliki efek toksik pada hati. Vaksinasi terhadap virus Hepatitis B merupakan pencegahan yang efektif untuk mencegah Hepatitis B yang dillakukan untuk menghindari resiko penularan vertikal dari ibu kepada bayi. Vaksinasi hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir umur 0-7 hari (HB).
Pencegahan sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini suatu penyakit yang diusahakan dilakukan pada masa awal sakit yang berupa penyaringan atau dengan pemberian terapi, bukan obat dan terapi obat.
Bila penyebab sirosis hati alkohol, maka konsumsi alkohol sebaiknya dihentikan. Bila penyebabnya adalah fatty liver akibat mallnutrisi atau obesitas maka diberi diet tinggi protein dan rendah kalori. Penyakit hemokromatosis, obstruksi saluran empedu, dan penyakit Wilson segera dikenali jangan sampai terkena sirosis berat, Penderita sirosis hati juga melakukan disiplin ketat dalam kegiatan sehari-hari. Olahraga yang disarankan hanya sebatas jalan kaki.
Pencegahan tersier biasanya dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini biasanya dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Jika kerusakan hati sangat parah dan mengancam nyawa maka satu-satunya cara untuk memperoleh kesembuhan total adalah dengan transplantasi hati.
Secara klasifikasi child yang dikembangkan maka keadaan di bawah ini dianggap petunjuk suatu prognosis tidak baik dari pasien sirosis.
1. Ikterus yang menetap atau bilirubin daerah > 1,5 mg%.
2. Asites refrakter atau memerlukan diuretic dosis besar.
3. Kadar albumin rendah (<2,5 g%)
4. Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatic spontan tanpa factor pencetus luar. Gagal hati tanpa factor pencetus luar mempunyai prognosis lebih jelek dari pada yang jelas factor pencetusnya.
5. Hati mengecil
6. Pendarahan akibat pecahnya varises esophagus.
7. Komplikasi
8. Kadar protombin rendah.
9. Kadar natrium darah yang rendah (<120 meq/l), tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg.
10. CHE rendah,
1. Identitas klien
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat Tumbuh Kembang
e. Riwayat Sosial Ekonomi
f. Riwayat Psikologi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan B1-B6
Data subjektif
1. Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen.
2. Kulit, selaput lender, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan berbuih.
3. Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang, dan sebagainya.
4. Seksualitas : impoten, libido menurun, menstruasi menghilang.
Data objektif
1. Tanda vital tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik.
2. Kulit dan skelra : ikterik, petekie, hematoma, luka bekas garukan, spider angioma, eritema palmar, edema, ginekomastia.
3. Abdomen : gerakan paristaltik (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusea).
4. Neuromuscular : pengecilan otot-otot, koorsinasi berkurang, tremor, perubahan orientasi.
1. Ketidakefektifan pola nafas berbubungan dengan keterbatasan ekspansi dada karena hidrotoraks dan ascites.
2. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus).
1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas berbubungan dengan keterbatasan ekspansi dada karena hidrotoraks dan asites.
a. Tujuan : Pola nafas kembali efektif
b. Kriteria hasill : Bebas dispnea dan sianosis, GDA dalam rentang normal, pola nafas efektif, kapasitas vital alam rentang normal.
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus)
a. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
b. Kriteria hasil : Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut (mata tidak cowong, turgor kulit baik, tidak terjadi anemia), menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan dilakukan sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana keperawatan.