Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Pemetaan Konflik
Teori Pemetaan Konflik
Salah satu dari beberapa Ahli yaitu: A.r Abdalla,
Menjelaskan bahwa teori pemetaan konflik memiliki model/tipe seperti berikut.
Model atau Tipe Pertama menurut A.r Abdalla yaitu :
Model atau Tipe Kedua menurut A.r Abdalla yaitu :
Dari penjelasan sebelumnya, kita akan menggunakan metode SPITCEROW di PILPRES 2019.
(1) DPTbermasalah.
(2) Kualitas hasil pemilu tidak efektif.
(3) Pelayananyangkurangmaksimal
(4) Kompleksitas sistem pemilu.
(5) Menurunnya pengawasan.
(6) Terbatasnya partisipasi politik. Disebutkan pula bahwa pemilu yangtidakserentakmemunculkan berbagai permasalahan seperti mahalnya ongkos penyelenggaraan pemilu, terjadinya politik biaya tinggi atau politik uang, dan terjadinya konflik antar-Caleg berbeda dalam memenangkan Pemilu
(Ilmar, 2014: 21-22)N.
1) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB);
2) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra);
3) PDI Perjuangan (PDIP);
4) Partai Golkar
5) Partai Nasdem
6) Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda)
7) Partai Beringin Karya (Berkarya);
8) Partai Keadilan Sejahtera (PKS);
9) Partai Persatuan Indonesia (Perindo);
10) Partai Persatuan Pembangunan (PPP);
11) Partai Solidaritas Indonesia (PSI);
12) Partai Amanat Nasional (PAN);
13) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura); dan
14) Partai Demokrat.
Beberapa hal menarik dari dua pasangan calon presiden dan wakil presiden menjadi debat perbincangan, antara lain cara-cara Jokowi menyusun strategi bagaimana melakukan sosialisasi capaian-capaian prestasi untuk memenangkan masa jabatan kedua di tahun 2019 nanti adalah keberhasilan ekonomi, seperti dalam bidang prasarana umum.
Berdasarkan ahli statistik, rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam empat tahun ini sudah mencapai 5%. Pengangguran relatif kecil, di bawah 10%. Kemiskinan turun di bawah 9%. Kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin relatif turun , di sekitar 0,4 atau 0,39.
Prabowo Subianto juga mengajak seluruh rakyat Indonesia aktif berpolitik dan menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2019 mendatang. Hal tersebut guna memperbaiki masa depan kehidupan bangsa. Menurut Prabowo, berkat kekuatan politik, bangsa Indonesia bisa mengatur kekayaan negara.
Taktik yang digunakan dalam konflik adalah penggunaan Media Sosial.
Media sosial digunakan untuk menyerang (Mengirim pidato kebencian) terhadap pihak lawan.
dan ketika pendukung lawan merasa diserang, mereka biasanya melakukan serangan balik.
Polarisasi adalah fenomena yang tidak berlaku bagi publik, melainkan dirumuskan oleh para komentator untuk menarik perpecahan lebih lanjut dalam pemerintahan.
Setelah pengumuman pemenang Pilpres 2019, ada satu persoalan yang harus diselesaikan oleh semua elite politik dalam negeri, yaitu mengakhiri polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat karena dampak Pilpres 2019.
Semua pihak menyadari bahwa polarisasi yang berkepanjangan akan membuat dampak negatif bagi bangsa Indonesia sehingga penting disadari langkah mengakhiri polarisasi harus segera dilakukan.
Sumber m.antaranews.com
Dampak negatifnya:
1) Berita palsu dalam pemilu melalui berbagai media, terutama untuk menyerang calon.
2) Penggunaan media sosial yang membicarakan isu-isu negatif, yang memicu konflik. (Instagram, Twitter, Facebook, dll)
3) Melawan isu-isu negatif tersebut di media sosial, yang menyebabkan lebih banyak konflik. (Instagram, Twitter, Facebook, dll.)
1) Ada yang meminimalisir konflik antar pendukung kedua calon presiden.
2) Beberapa bahkan tidak peduli dengan konflik yang terjadi.
3) Beberapa peduli tetapi mereka tidak ingin terlibat.
Setelah penghitungan suara dimulai, setiap pendukung dari masing-masing pihak meminta perdamaian.
1. PDI Perjuangan: 27.053.961 suara (19,33 persen)
2. Partai Gerindra: 17.594.839 suara (12,57 persen)
3. Partai Gokar: 17.229.789 suara (12.31 persen)
4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB): 13.570.097 suara (9,69 persen)
5. Partai Nasdem: 12.661.798 suara (9,05 persen)
6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS): 11.493.663 suara (8,21 persen)
7. Partai Demokrat: 10.876.057 suara (7,77 persen)
8. Partai Amanat Nasional (PAN) 9.572.623 suara (6,84 persen)
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6,323.147 suara (4,52 persen)