Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
D.R. Bulan
Berbeda dengan fonetik yang telah kita bahasa pada pembahasan-pembahsan sebelumnya, fonemik mengkaji bunyi bahasa dengan melihat fungsinya sebagai pembeda makna. Jika objek kajian fonetik adah fon, objek kajian fonemik sendiri adalah fonem. Fon dan fonem memiliki makna yang sama yaitu bunyi bahasa. Hanya saja, fonem memiliki fungsi dapat membedakan makna dan bisa jadi merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon.
Singkatnya, fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Jadi, untuk mengetahui sebuah bunyi termasuk fonem atau bukan, kita bisa coba ganti bunyi yang dimaksud dengan pasangan minimalnya. Jika maknanya menjadi berubah, maka bunyi tersebut adalah fonem
Untuk mengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, lihat berbandingan kata berikut!
paku (1)
baku (2)
Kedua bunyi tersebut terdiri dari masing-masing empat buah bunyi [p] [a] [k] [u] dan [b] [a] [k] [u]. Keduanya memiliki tiga buah bunyi yang sama yaitu [a] [k] [u]. Hanya bunyi awal yang berbeda yaitu [p] dan [b]. Meskipun secara fonetis [p] dan [b] merupakan sebuah bunyi yang sama yaitu bunyi konsonan bilabial , pada kata di atas, keberadaan bunyi [p] dan [b] membuat kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa pada kata paku di atas, bunyi [p] adalah fonem.
Dalam bahasa Indonesia, fonem digolongkan menjadi :
1. Fonem Vokal
2. Fonem Diftong
3. Fonem Konsonan
Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/.
Secara singkat, alofon adalah variasi dari sebuah fonem.
Contoh:
[i] pada <i.ni> [ini], dan
[I] pada <ba.tik> [batik]
Pembunyian vokal [i] pada kedua kata tersebut diucapkan sedikit berberbeda namun tetap merupakan fonem [i].
Chaer, A. (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.