Introducing 

Prezi AI.

Your new presentation assistant.

Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.

Loading…
Transcript

Anti

Viral

Drugs

A type of medication used specifically for treating viral infections. They

act by killing or preventing the growth of viruses.

Penyakit Akibat Virus (DNA)

Demam Kelenjar

Herpes Simplex

Penyebab utama mononukleosis adalah virus Epstein-Barr (EBV). Penyebaran virus ini terjadi melalui kontak langsung dengan air liur atau cairan tubuh lainnya, seperti darah atau sperma, dari orang yang terinfeksi.

Sejenis penyakit yang menjangkiti mulut, kulit, dan alat kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit pada otot di sekitar daerah yang terjangkit.

Gastroenteritis

Herpes Zooster

Kondisi inflamasi pada perut dan saluran cerna (GI) yang disebabkan Norovirus, Rotavirus, Adenovirus, Parvovirus melalui fecal-oral transmission.

Reaktivasi virus varicella-zoster (VZV) yang tetap dormant di dalam akar dorsal ganglia. Pada umumnya, selama beberapa dekade setelah paparan awal pasien terhadap virus dalam bentuk varicella (cacar air), menghasilkan herpes zoster (herpes zoster). Meskipun biasanya merupakan ruam dermatom (yang dapat sembuh sendiri) disertai nyeri, tetapi bisa menjadi jauh lebih serius; selain itu, kasus akut sering menyebabkan neuralgia post herpetic (PHN)

Gejala:

  • Diare
  • Mual muntah
  • Nyeri abdomen & kembung
  • Demam, rasa tidak nyaman, dan nyeri otot (tidak selalu)

Penggolongan Virus

Varicella Zoster

Variola (cacar), cytomegalovirus (CMV), human papillomavirus (kutil genital & kanker cervix)

Infeksi primer oleh VZV menghasilkan cacar air, atau varicella. Penularannya melalui tetesan pernapasan yang sangat menular atau kontak langsung, yang menyebabkan penyebaran cepat di antara individu yang rentan, seperti anak-anak sekolah. Awalnya virus menginfeksi konjungtiva atau mukosa saluran pernapasan bagian atas. Proliferasi virus terjadi pada kelenjar getah bening regional selama 2-4 hari ke depan, yang mengarah ke viremia primer pada hari ke 4-6. Putaran kedua replikasi terjadi pada organ internal, terutama hati dan limpa, diikuti oleh viremia sekunder pada hari ke 14-16. Viremia sekunder bertanggung jawab atas invasi sel endotel dan epidermis kapiler, yang mengarah ke edema interseluler dan intraseluler, menghasilkan vesikula khas.

Penyakit Akibat Virus (RNA)

Lumpuh layu

Pada dasarnya ada tiga jenis Poliomyelitis: nonparalytic, paralytic, dan postpolio syndrome.

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV)

Disebabkan oleh poliovirus. Penyebaran virus ini terjadi melalui feces.

Gejala

  • Nonparalytic: demam, sakit tenggorokan, sering sakit kepala, muntah, lesu, meningitis.
  • Paralytic: kehilangan refleks; nyeri otot; Tungkai terkulai pada satu atau kedua sisi tubuh; kelumpuhan tiba-tiba, di satu sisi atau kedua tungkai yang mungkin sementara atau permanen; kelainan bentuk tungkai terutama pada pinggul, pergelangan kaki, dan kaki.
  • Postpolio syndrome: Lemah otot dan sendi persisten, memburuknya nyeri otot, mudah lelah, masalah dengan pernapasan, depresi, masalah dengan memori, disfagia (susah menelan), sleep apnea, otot tidak bertenaga.

(Dalam beberapa kasus setelah seorang pasien pulih dari Poliomyelitis, setelah satu atau dua dekade hidupnya, gejala-gejalanya cenderung berulang. Inilah yang dinamakan Sindrom Postpolio)

Diare (Rotavirus)

Hepatitis

Gejala:

Kelelahan, mual, nafsu makan yang buruk, sakit perut, demam ringan, kulit atau mata berwarna kuning (jaundice).

Demam dan muntah-muntah merupakan tanda awal infeksi rotavirus dan biasanya muncul dalam dua hari setelah terpapar virus. Kemudian diikuti oleh diare selama 3-8 hari. Infeksi juga bisa menyebabkan nyeri pada daerah perut.

Penularan:

A: F-O, Makanan yang tidak matang.

B: Darah & Cairan Tubuh Penderita

(jarum, pisau cukur, sikat gigi, seks

tanpa pengaman)

C: Terutama dari darah

Penggolongan Virus

Rubella

Gejala:

Demam ringan (< atau = 38,9oC); sakit kepala; hidung mampet dan berair; mata merah, inflamasi; pembesaran, kelenjar getah bening lunak di pangkal tengkorak, belakang leher dan di belakang telinga; ruam merah muda halus yang dimulai pada wajah dan dengan cepat menyebar ke batang tubuh dan kemudian ke lengan dan kaki, sebelum menghilang dalam urutan yang sama; nyeri sendi.

Selesma (Rhinovirus) vs

Flu (Virus Influenza)

Berdasarkan Mekanisme Kerjanya

Penggolongan AVDs

  • Menghambat Penetrasi Virus
  • Menghambat Sintesis Asam Nukleat
  • Antiretroviral

Menghambat Penetrasi Virus

  • Amantadin, berkhasiat terhadap virus RNA, terutama virus influenza tipe A2. Mengganggu replikasi virus dengan menghambat protein M2 transmembran yang penting untuk pelepasan selubung virus.

Dosis: oral 2 dd 100mg pc selama 10 hari; di atas usia 65 th = 1 dd 100 mg pc

  • Tromantadin, juga aktif terhadap virus DNA, khususnya HSV. Digunakan secara lokal sabagai salep 1% pada infeksi HSV di kulit dan mukosa.
  • Oseltamivir, menghambat enzim neuraminidase (enzim permukaan dari virus influenza) yang melepaskan virion-virion baru dari permukaan sel-sel saluran napas.

Obat ini merupakan prodrug (dihidrolisa di hati menjadi metabolit-karboksilat aktifnya), t1/2 6-10 jam, ekskresi melalui urine dan k.l 20% bersama tinja.

Dosis: oral (di atas 13 th) 2 dd 75mg dc selama 5 hari; di bawah 13 th = 2 dd 30-60 mg (tergantung berat badan). Profilaksis 1 dd 75 mg selama minimal 7 hari.

  • Zanamivir, digunakan secara inhalasi dengan onset k.l 10 detik. Hanya 20% dari dosis diabsorpsi dan dikeluarkan secara utuh dengan urine. t1/2 2.5-5 jam.

Dosis: 2 dd 5 mg, sebagai profilaksis 1 dd 10 mg.

Menghambat Sintesis Asam Nukleat

  • Asiklovir, virus herpes biasanya memiliki timidin kinase yang berperan dalam fosforilasi asiklovir menjadi asiklofirtrifosfat yang digunakan oleh virus untuk membangun DNA-nya. Dengan demikian, pembentukan DNA virus terganggu dan terhenti sama sekali, sedangkan pembentukan DNA dari sel-sel penjamu tidak terganggu.

Karena reabsorpsi di usus buruk (BA k.l 12-20%), maka pentakaran oral perlu tinggi sekali, t1/2 k.l 3 jam, ekskresi k.l 75% bersama urine.

Dosis HSV: oral 5 dd 200mg setiap 4 jam selama minimal 5 hari, profilaksis 4 dd 200 mg; H.Zoster 5 dd 800mg setiap 4 jam selama 7 hari.

Infus i.v: 3 dd 5mg/kg selama 5 hari, salep kulit dan salep mata 5 dd setiap 4 jam selama 5 hari.

  • Valasiklovir

Dosis: oral 3 dd 1000mg selama 7 hari.

  • Famsiklovir, khusus digunakan pada infeksi H.Zoster.

Dosis: oral 3 dd 250mg selama 7 hari.

  • Gansiklovir, digunakan pada infeksi cytomegalovirus pada pasien AIDS parah. CMV resisten terhadap asiklovir karena CMV tidak mengkode timidin kinase.

Dosis: iv. 2 dd 5 mg/kg setiap 12 jam selama 14-21 hari.

  • Interferon-alfa, digunakan pada hepatitis B dan C kronis dan jenis-jenis kanker darah. Mekanisme kerjanya melalui pengubahan metabolisme sel tuan-rumah, sehingga replikasi virus terhambat.

Dosis Hepatitis B: s.c. 3xseminggu 2.5-5 juta IU/m2 permukaan tubuh selama 4-6 bulan; Leukimia myeloid kronis s.c/i.m 1xsehari 3-9 juta IU minimal 3 bulan, profilaksis 3xseminggu 9 juta IU.

ARV

  • Indinavir, berkhasiat terutama pada HIV tipe-1, bekerja dengan menghambat protease-HIV (PI) (enzim yang memutuskan rantai polipeptida menjadi bagian-bagian yang lebih kecil), sehingga terbentuk virion-virion yang belum 'matang' yang tidak menular lagi.

Resorpsi dan BA-nya sangat berkurang oleh protein dan lemak, maka harus diminum pada perut kosong, t1/2 rata-rata 1.8 jam, ekskresi 80% bersama feses dan 20% bersama urine.

Dosis: 3 dd 800mg a.c

  • Ritonavir, t/2 3-5 jam, reabsorpsi dinaikan oleh makanan, BA lebih dari 60%

Dosis: 2 dd 600mg d.c

  • Saquinavir, t/2 13 jam, reabsorpsi buruk, BA k.l 4%

Dosis: 3 dd 600mg p.c

  • Nevirapin, bekerja dengan menghambat reverse transriptase (RT), yang di dalam sel diubah secara enzimatis menjadi fosfat aktif yang bekerja sebagai substrat penyaing dan penghambat bagi RT virus, juga diinkorporasi dalam rantai RNA, sehingga pembentukan DNA-virus digagalkan.

Reabsorpsi di usus baik, BA 93%, t1/2 25-30 jam.

Dosis: pemula 1 dd 200 mg selama 14 hari, lalu 2 dd 200 mg a.c atau p.c.

  • Tenofovir, absorpsi dalam usus buruk, sehingga diberikan sebagai garam fumaratnya dengan BA k.l 40% d.c, t1/2 k.l 10 jam

Dosis: oral 1 dd 300mg d.c, infus i.v 1-3mg/kg sehari.

  • Zidovudin, reasorpsi cepat dengan BA 60-70%, t1/2 k.l 1 jam.

Dosis: oral 4-5 dd 120-240mg.

Project 1: Efek Samping

Efek Samping

Carilah efek samping dari salah satu obat (masing-masing mahasiswa mencari obat yang berbeda)!

Buatlah resume dari interaksi obat (obat, makanan) dari kelompok obat tersebut!

Project 2: Interaksi Obat

Thanks

Learn more about creating dynamic, engaging presentations with Prezi