Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
EDU
DARLEEN
DONNA
MATTHEW
Di samping adanya tekanan – tekanan yang berat di bidang ekonomi sejak kekuasaan VOC juga dikarenakan hal sebagai berikut.
Sebab Ekonomis, yakni adanya tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang memperberat kehidupan rakyat, seperti sistem penyerahan secara paksa, kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Banyaknya terjadi korupsi, selain itu beredarnya uang kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak dapat menggunakannya untuk keperluan sehari –hari karena belum terbiasa.
Sebab Psikologis, yaitu adanya tindakan - tindakan dari pemerintah Belanda seperti mengambil tenaga kerja dari orang Maluku, belanda mengambil alih Maluku dari Inggris sehingga menggembalikan peraturan pemerintah Belanda yang memberatkan masyarakat Maluku
Ulupaha atau Kapitan Ulupaha adalah seorang pahlawan asal Maluku yang telah berjuang bersama Kapitan Pattimura tahun 1814.
Kapitan Ulupaha adalah "Raja" negeri Seit, sama seperti pendahulunya Kapitan Telukabessy beliau juga berasal dari Jazirah Hitu Pulau Ambon. Kapitan Ulupaha terhitung sudah sangat tua ketika memimpin peperangan melawan Hindia Belanda, yaitu di usia 80 tahun. Walau naik turun perbukitan memimpin gerliya dengan cara ditandu, namun semangat serta pengaruhnya yang besar membuat beliau selalu ikut dalam setiap pertempuran. Walau Ulupaha tidak pernah bertemu langsung dengan Pattimura, beliau diaangkat sebagai Kapitan Perang untuk wilayah Hitu.
Akhirnya Kapitan Ulupaha ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati di Kota Ambon ketika beliau sedang sakit, Beliau ditembak dan tubuhnya dicincang pedang.
Kapitan Paulus Tiahahu (wafat di Nusalaut, 17 November 1817) adalah seorang kapitan perang dari Negeri Abubu di Pulau Nusalaut yang turut dalam perang Pattimura tahun 1817. Paulus dan Anthony Reebok ditugaskan Pattimura untuk mengatur pertahanan di Nusalaut. Bersama-sama dengan pasukan rakyat ia merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila Leinitu. Pasukan Belanda di benteng tersebut disergap dan dibunuh. Para pejuang dari Nusalaut mengambil bagian pula dalam pertempuran-pertempuran di Saparua, Haruku dan Jazirah Hatawano di Pulau Saparua. Paulus Tiahahu beserta raja-raja dan pati di Pulau Nusalaut ikut menandatangani Proklamasi Haria di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817.
Said Printah alias Pattikakang adalah raja pertama Negeri (Desa) Siri Sori Islam di Pulau Saparua dari marga Pattisahusiwa. Penulis-penulis Belanda menulis nama Said juga sebagai Sayat (Sayat Printah). Tokoh ini ikut berjuang menentang Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817 bersama Sarasa Sanaki yaitu Patti Siri Sori Islam yanag diangkat Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dan yang menandatangani “Proklamasi Haria”. Verheull menulis bahwa Said Printah dihukum mati gantung pada pagi hari tanggal 16 Desember 1817 bersama ketiga pahlawan lainnya yaitu Anthone Rhebok Kapten Borgor, Philip Latumahina Letnan Borgor, Melchior Kesaulya alias Pattisaha dan Thomas Matulessy alias Pattimura.
Philips Latumahina Letnan
orang Borgor, salah satu dari keempat
pahlawan dalam perang Pattimura di tahun 1817.
Bersama Thomas Matulessy dan pasukan rakyat merebut
benteng Duurstede pusat pertahanan Belanda di kota Saparua dan membantu Thomas dalam pertempuran melawan tentara Belanda di pantai Waisisil di Saparua. Philips juga ikut memimpin pertempuran-pertempuran di Saparua, Tiouw dan tempat-tempat pertempuran lainnya di Jasirah Hatawano dan Jasirah Tenggara (Ouw – Ullath).
Pahlawan yang adalah staf inti Thomas Matulessy Kapitan Pattimura ini juga bekas mantan pasukan “Korps Limaratus”. Ia tertangkap bersama Johanis Matulessy kakak Thomas Matulessy pada tanggal 13 Nopember 1817 oleh pasukan Letnan Veerman di Hutan Booi – Paperu. Mereka ditahan dan diangkut dengan kapal perang “Reygersbergen”. Pada tanggal 12 Desember 1817, Ambonsche Raad van Justitie
(Pengadilan Belanda di Kota Ambon) menjatuhkan hukuman
mati gantung atas diri Letnan Philips Latumahina. Vonis ini disahkan oleh Laksanaman Buyskes dengan Surat Keputusan tanggal
13 Desember 1817 Nomor 129.
Anthone Rhebok Kapten orang Borgor, salah satu dari keempat pahlawan dalam perang Pattimura pada tahun 1817 yang dipimpin oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura. Anthone Rhebok bersama Thomas Matulessy dan pasukan rakyat merebut benteng Duurstede dan memimpin pertempuran melawan ekspedisi tentara Belanda di pantai Waisisil di Pulau Saparua. Anthone Rhebok juga diserahi tugas oleh Thomas Matulessy untuk mengatur pertahanan rakyat di Pulau Nusalaut dan merebut benteng Belanda yaitu Beverwijk di Sila Leinitu. Ia juga aktif di medan-medan pertempuran di Pulau Saparua dan sekitarnya.
Melchior Kesaulya, dieja sebagai Melojier Kesaulya alias Kapitan Pattisaha adalah raja Siri Sori yang diangkat Thomas Matulessy sebagai pembantuanya menggantikan raja Salomon Kesaulya yang berkhianat dan tewas dalam pertempuran di pantai Waisisil dengan Mayor Beetjes tanggal 20 Mei 1817. Melchior-lah yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” di bawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron.
Martha Christina Tiahahu adalah Pahlawan Nasional perempuan pertama yang gugur di medan perang saat bertempur melawan Belanda demi mempertahankan tanah Maluku yang kaya akan hasil bumi. Ia lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 dan dibesarkan seorang diri oleh ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu yang merupakan kawan baik dari Thomas Mattulessi atau Kapitan Pattimura.
Sejak kecil, perempuan yang akrab disapa Martha Christina ini sering mengikuti ayahnya dalam rapat pembentukan kubu-kubu pertahanan hingga pada akhirnya di usia yang ketujuh belas tahun ia turut andil dalam pertempuran melawan Belanda di desa Ouw, Ullath, pulau Saparua. Dalam pertempuran itu, ia memimpin pasukan perang wanita dan mengobarkan semangat juang pada pasukan agar terus ikut mendampingi pasukan laki-laki dalam perebutan wilayah Maluku dari penjajah hanya berbekal bambu runcing dengan ikat kepala melingkar di kepala.
Nama Lengkap : Kapitan Pattimura
Alias : Pattimura Thomas Matulessy
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku
Tanggal Lahir : Minggu, 8 Juni 1783
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC, Pattimura pernah berkarier dalam dunia militer sebagai mantan sersan militer Inggris. Hingga pada tahun 1816, terjadi perpindahan kekuasaan dari kolonialisme Inggris ke tangan Belanda. Kedatangan Belanda sangat di tentang oleh Belanda, karena sebelum Inggris darang ke daratan Ambon. Belanda pernah menguasai daratan Ambon selama kurang lebih 2 Abad.
Selama kurun waktu 2 abad hubungan kemasyarakatan, politik dan ekonomi sangat buruk. Datangnya Belanda kali ini membawa aturan baru seperti monopoli politik, pemindahan penduduk, pajak atas tanah, dan mengabaikan Traktat london.
Akibatnya, Rakyat Maluku melakukan perlawanan angkat senjata untuk melawan Belanda di bawah pimpinan Pattimura. Pattimura diangkat menjadi pemimpin perjuangan melawan Belanda oleh Patih, ketua adat, dan para kapitan lainnya karena sifat kemimpinan dan ksatria yang ada pada diri Pattimura.
Perang pattimura terjadi akibat datangnya kembali Belanda ke tanah Maluku yang ingin menegakkan kembali kekuasaannya di Indoesia. rakyat maluku kemudian bangkit dan melakukan perlawanan, sebabnya :
Gerakan Perlawanan dimulai
pada tanggal 5 Mei 1817 dengan
menghancurkan kapal – kapal Belanda di pelabuhan.
Lalu, para pejuang Maluku menuju benteng duurstede.
Belanda waktu itu dipimpin oleh Residen Van Den Berg. Thomas Matulesi sebagai pemimpin perlawanan Maluku dengan sekuat tenaga mengepung benteng duurstede. Para pejuang Maluku satu persatu dapat memanjat dan masuk kedalam benteng Residen dapat dibunuh dan benteng duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang Maluku.
Belanda mendapatkan 300 prajurit dari ambon yang di pimpin oleh Mayor Beetjes. Namun bantuan ini dapat di gagalkan oleh pasukan Pattimura. Bahkan Mayor pun terbunuh. Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang benteng zeelandia di Pulau Haruku. Pasukan Belanda memperkuat perlawanan dibawah komando Groot. Pattimura gagal menembus benteng Zeelandia.
Perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari Batavia untuk merenggut kembali benteng duurstede. Agustus 1817 Saparua di blockade. Benteng duurstede berhasil dikuasai Belanda kembali.