- Tokoh pencetus demokrasi seperti Hatta dan Soekarno mengembangkan pemikiran demokrasi politik yang tidak terlepas dari demokrasi ekonomi
- Mr. Sartono membentuk Partindo sebagai bentuk reinkarnasi dari PNI dan Muhammad Hatta membuat Golongan Merdeka
- Beberapa karakter yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran sejarah dengan memupuk dan mengembangkan rasa cinta tanah air, mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan serta membangun dan memupuk semangat kebangsaan.
Bingkai Karakter dalam Jiwa MR Sartono
PEMBANGUNAN KESADARAN SEJARAH MELALUI REVITASILASI NILAI-NILAI KETELADANAN MR. SARTONO
oleh: Ulfatun Nafi'ah, M.Pd
PENDAHULUAN
Pandangan MR Sartono Tentang Pendidikan Karakter
- Kasus Zazkia Gotik cerminan gagalnya pemerataan pendidikan di Indonesia
- Rendahnya kesadaran sejarah masyarakat.
- Kurangnya pembelajaran nilai dari tokoh sejarah selain Soekarno dan Hatta.
- Kurangnya tokoh dan figur masyarakat (anggota DPR, MPR) yang bisa menjadi teladan bagi generasi muda.
- Pemikiran Mr. Sartono tentang pendidikan, demokrasi, kesederhanaan dan nasionalisme belum banyak diaplikasikan dalam pembelajaran.
- Pentingnya pendidikan karakter dalam pendidikan sejarah dalam mencetak calon pribadi, pendidik dan pemimpin yang cerdas.
MR. Sartono juga sudah memiliki pemikiran akan pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran, hal ini tercermin pada perumusan RUU tentang pendidikan pada tahun 1949. RUU tersebut berbunyi “ tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang susila yang cakap, warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air....”(Daradjati 163). Ketika Asrudin dan Kobarsih menginginkan kata “susila” dihapus justru MR. Sartono berpendapat lain, menurutnya tujuan pendidikan tidak hanya mencerdaskan bangsa melainkan juga penting untuk mendidik karakter.
Biografi Mr. Sartono
IBU
RA Ramini
(Cucu Mangkunegoro III)
Ayah
RM Martodikaryo
(Cicit Mangkunegoro II)
ISTRI
Siti Zainab
(Pedagang Batik dari Lawean)
Mr. Sartono
(5 agustus 1900)
Kesadaran Sejarah
Pendidikan
- Kesadaran Sejarah adalah (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias; (2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change (perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan berikutnya.
- Kesadaran sejarah sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang berziarah untuk mengunjungi makam nenek moyangnya atau mengunjungi makam pahlawan seperti Mr. Sartono, Hatta dan makam Soekarno diharapkan mampu meningkatkan kesadaran sejarah seseorang.
Foto MR SARTONO
Shared a Photo
Menuju Tansformasi
- Sosok Cerdas dan konsisten
- Pendiam dan cenderung bersikap berhati-hati dan detail dalam pengambilan keputusan
- Gaya bicaranya kalem juga tidak meledak-ledak lebih terstruktur
- Bangsawan dengan pola hidup sederhana
- Anti korupsi terbukti pada kasus Tan Po Goan
- Pada tahun 1955 pada saat Sartono dianggap melakukan kesalahan fatal karena mengizinkan Komisi J melanggar tatatertib dengan melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Sartono dengan legowo mundur dari jabatan ketua parlemen “Tidak pantas orang yang sedang menjadi terdakwa duduk di kursi pimpinan,”
- Sartono mempertemukan Muhammad Hatta yang baru tiba dari pembuangan di Banda bersama Sutan Syahrir dengan Soekarno yang berada di Bengkulu
- Sartono yang memperkenalkan ide-ide Moh Hatta tentang Manifesto 1925
- Hatta mengenal Soekarno melalui surat kabar Oetoesan Hindia melalui pandangan-pandangan politik yang ditulis
- Sartono yang memahami pandangan dan gagasan Soekarno dan Hatta
ELS
(Europeesche Lagere School)
Solo
HIS
(Hooland Indische School)
Solo
MULO
(Meer Uitgebreid Lager onderwijs)
Solo
Universiteid Leiden
dengan gelar
Meester in de Rachten (Mr)
AMS
(Algemeeme Middelbare School)
Solo
Rechts School
(School Tot Opleiding -
voor Inlandsche Rechtkunde)
Batavia