Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan
yang didirikan oleh “Mpu Sindok” pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Letak Geografis
Keruntuhan
Kehidupan Sosial-Budaya
Sumber Sejarah
Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Dan tahta beralih kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir
Untuk menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua oleh Mpu Bharada yakni Kerajaan Janggala, dan Kediri.
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa dan banyak karya sastra yang dihasilkan
A. Berita Asing
1. Berita India
Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
2. Berita Cina
Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan pertikaian, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan.
Peninggalan Sejarah
Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tangeran
Prasasti Bangil
Prasasti Lor
Prasasti Kalkuta
Dibeberapa prasasti telah memberi keterangan akan adanya masyarakat yang mengenal ekonomi di wilayah kerajaan,di pedesaan pertama-tama sudah mengenal hasil bumi seperti beras, buah-buahan, sirih pinah, dan buah mengkudu. Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian, keranjang dan barang-barang anyaman , kejang kepis, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing , itik dan ayam serta telurnya juga diperjualbelikan.
Sekian
dan
Terima Kasih
Menurut catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang ( Jawa Timur ).
3. Airlangga
Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh. Ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh
Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang
Tetapi dengan bantuan Narattoma,Airlangga dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia dinobatkan sebagai raja
Secara berturut-turut Air Langga berhasil menaklukan raja-raja bawahan (vassal) Sriwijaya seperti Bisaprabhawa ditaklukan tahun 1029 M, raja Wijayawarman dari Wengker tahun 1034, Raja Adhamapanuda tahun 1031 M termasuk Wura Wuri tahun 1035. Setelah berhasil memulihkan kewibawaan kerajaan, Air Langga memindahkan ibukota kerajaan Medang ke Kahuripan.
Kebijakan Airlangga untuk mensejahterakan keadaan masyarakat:
oMemperbaiki pelabuhan Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas
oMembangun waduk waringin sapta guna mencegah banjir
oMembangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan
Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran.
2. Dharmawangsa Teguh
Setelah Mpu Sindok, Medang Kamulan diteruskan oleh Dharma Teguh yang juga merupakan cucu dari Mpu Sindok. Selama memerintah, ia berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Usaha tersebut antara lain dengan meningkatkan pertanian, dan perdagangan. Akan usaha untuk meningkatkan perdagangan mengalami kesulitan. Karena perdagangan di kawasan perairan jawa dan Sumatera masih dikuasai Kerajaan Sriwijaya.Dalam rangka mematahkan pengaruh Sriwijaya, pada tahun 1003 M, Dharmawangsa mengirimkan tentaranya untuk merebut pusat perdagangan di Selat Malaka dari kekuasaan Sriwijaya. Serangan tersebut ternyata tidak berhasil. Bahkan Sriwijaya membalas melalui serangan kerajaan Wura Wuri(kerajaan bawahan atau vassal Sriwijaya). Akibat serangan tersebut Kerajaan Medang mengalami kehancuran. Peristiwa kehancuran yang menewaskan Dharmawangsa disebut dengan Pralaya.
B. Prasasti
1. Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;
2. Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
3. Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang;
4. Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
Kehidupan Politik
Disusun oleh :
1. Mpu Sindok
Mpu Sindok merupakan Raja pertama di Kerajaan Medang Kamulan. Mpu Sindok memerintah selama 20 tahun. Ia dibantu oleh permaisurinya bernama Sri wardhani Pu Kbin . Saat memerintah, Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isyana Wikrama Dharmatunggadwea. Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Berbagai usaha yang dilakukan untuk memakmurkan rakyat, antara lain membangun bendungan atau waduk untuk pengairan. Raja Mpu sindok melarang rakyat untuk menangkap ikan di bendungan tersebut. Larangan ini bertujuan untuk melestarikan sumber daya alam.Dalam bidang agama, Mpu Sindok meskipun agama Hindu, sangat memperhatikan usaha penggubahan Kitab Buddha Mahayana. Hasil gubahan berupa kitab Sang Hyang Kamahayanikan. Ini membuktikan antara agama Hindu dan Buddha bisa hidup saling berdampingan.
ARADEA FAJRA
OKTAVIANTI
TRI HANDAYANI
TRI KURNIASIH