Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001: 1067-1068) antara lain:
1. Deferred Method (Metode Penangguhan)
Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi,.
2. Asset-Liability Method (Metode Aktiva-Kewajiban)
Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang.
3. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)
Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait.
Pertama, pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan.
Kedua, pengukuran (measurement) yaitu cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan.
Ketiga, penyajian (presentation) yaitu standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi.
Keempat, pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Penyajian Pajak Tangguhan di Laporan Laba Rugi
Beban/keuntungan Pajak Penghasilan yang disajikan dalam Laporan laba rugi, harus dipecah atas dua komponen, yaitu
• Pajak kini (Pajak Penghasilan terutang),
• Bagian Pajak Tangguhan (bagian yang diperhitungkan sebagai beban pajak, yang dihitung berdasarkan perbesaan temporer dikalikan dengan tarif)
Pajak kini atau PPh terutang dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif orisinil, sedangkan Bagian Tangguhan berdasarkan perbedaan temporer dikalikan dengan tarif orisinal, atau perubahan saldo pajak tangguhan dalam tahun yang bersangkutan. Pajak tangguhan ditambah dengan Pajak tahun ini akan diperoleh jumlah beban pajak kesuluruhan.
Penyajian Pajak Tangguhan Di Neraca
Perbedaan Temporer
Akun pajak tangguhan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang diklasifikasikan sebagai jumlah lancar neto dan jumlah tidak lancar neto. Hal ini didasarkan pada keterkaitan dengan klasifikasi aktiva atau kewajiban yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Sebelum disajikan di naraca antara aktiva pajak tangguhan dengan kewajiban pajak tangguhan dilakukan offset (saling menghapus) terlebih. Sedangkan antara akun lancar dan akun tidak lancar tidak dapat saling mengoffset
Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif adalah koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akan menambah PPh terutang. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang menyebabkan pengurangan laba fiskal sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil. Mengingat sifatnya yang temporer, maka koreksi positif saat ini akan mengakibatkan perusahaan membayar pajak besar saat ini, tetapi akan dikompensasi (dipulihkan) dengan penghematan PPh terutang karena koreksi negatif di masa datang. Demikian sebaliknya.
Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense
Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan
PSAK 46 mendefinisikan beban pajak (tax expense) yang dimaksud sama dengan taksiran pajak penghasilan tersebut, yaitu:
• Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
• Baik Kewajiban pajak tangguhan maupun Aktiva pajak tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut (Zein,2007):
Namun, dalam kondisi tertentu bad debt expense bisa berpotensi menjadi beda tetap. Jika sekiranya wajib pajak tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh tersebut di atas maka bad debt expense secara perpajakan dengan sendirinya tidak dapat dibiayakan sehingga berubah menjadi beda tetap.
Berikut ini ilustrasi sederhana perhitungan pajak tangguhan atas beda waktu bad debt expense:
PT A membukukan cadangan estimasi piutang tak tertagih per 31/12/2007 sebesar Rp 40.000.000 dengan jurnal sebagai berikut :
Dr. Bad Debt Expense 40.000.000
Cr. Cadangan Bad Deb Exp 40.000.000
Sedangkan jurnal pajak tangguhannya sebagai berikut :
Dr. Aktiva Pajak Tangguhan 12.000.000
Cr. Penghasilan Pjk Tangguhan 12.000.000
Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL)
Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense
Contoh Perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan
Secara umum akuntansi mengenal dua metode pencatatan penghapusan piutang ragu-ragu yaitu metode penghapusan langsung (direct write-off method) serta metode penghapusan tidak langsung (indirect write-off method). Dengan metode penghapusan langsung, pembebanan piutang tak tertagih baru dilakukan apabila piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Sedangkan, metode penghapusan tidak langsung mengharuskan pembentukan cadangan estimasi piutang tak tertagih pada setiap periode pelaporan keuangan.
Sedangkan dari segi perpajakan hanya mengenal metode penghapusan langsung. Penggunaan metode tidak langsung tidak diperkenankan dalam peraturan perpajakan. Selain itu, perpajakan dalam UU PPh mensyaratkan bahwa suatu piutang baru dapat diakui sebagai piutang tak tertagih dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika secara yuridis piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi.
Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha
Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL)
Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan akuntansi. Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban penyusutan secara akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya, koreksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil.
Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut :
Laba akuntansi Rp 9.282.150.000
Koreksi fiskal :
• Penyusutan akuntansi (+) 5.895.833.333
• Penyusutan fiscal (-) 8.625.000.000
(-) Rp 2.729.166.667
Laba Fiskal Rp 6.552.983.333
Pembulatan Rp 6.552.983.000
Perbedaan temporer dapat timbul dari transaksi penggabungan usaha. Transaksi penggabungan usaha yang dicatat berdasarkan metode pembelian, selisih lebih atau kurang jumlah uang yang dibayar dari nilai buku aset bersih yang didapat dalam transaksi dialokasikan kepada atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban sehingga aktiva atau kewajiban dapat mencerminkan nilai wajarnya (harnanto, 2003). Akibatnya nilai aktiva dan kewajiban yang tercatat berbeda dari dasar pengenaan pajak (DPP), dan harus diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.
Perhitungan Pajak Penghasilan
Keterangan
Akuntansi
Fiskal
Laba
9.282.150.000
6.552.983.333
PPh Terutang
10 % x 50.000.000 = 5.000.000
15 % x 50.000.000 = 7.500.000
30 % x 6.452.983.000 = 1.935.894.900
10 % x 50.000.000 = 5.000.000
15 % x 50.000.000 = 7.500.000
30 % x 9.182.150.000 = 2.754.645.000
1.948.394.900
Jumlah PPh
2.767.145.00
Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL)
Kompensasi Kerugian
Metode Penangguhan Pajak Penghasilan
PSAK 46 - Akuntansi Pajak Penghasilan
Taksiran Pajak Penghasilan
Beban Pajak Kini Rp 1.948.394.900
Beban Pajak Tangguhan Rp 818.750.100
Jumlah Beban Pajak Rp 2.767.145.000
Jurnal akuntansinya sebagai berikut:
Dr. Beban Pajak Kini 1.948.394.900
Dr. Beban Pajak Tangguhan 818.750.100
Cr. Hutang PPh 25/29 1.948.394.900
Cr. Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100
Atau jurnal dapat dibuat sebagai berikut :
a. Menjurnal Pajak Tangguhan
Dr. Beban Pajak Tangguhan 818.750.100
Cr. Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100
b. Menjurnal Pajak Terutang
Dr. Beban pajak kini 1.948.394.900
Cr. Hutang PPh 25/29 1.948.394.900
Keuntungan pajak akibat kompensasi rugi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dalam hal kompensasi pajak tangguhan tersebut dapat dikompensasi dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak pada masa mendatang. Keuntungan pajak dihitung dengan mengalikan jumlah yang dapat dikompensasi tersebut dengan tarif pajak yang akan berlaku pada periode kompensasi terjadi. Pada saat aktiva pajak tangguhan tersebut dicatat, beban pajaknya pun akan berkurang. Pada tahun-tahun berikutnya, pada saat penghasilan terealisasi, aktiva pajak tangguhan pun akan berkurang. Keuntungan pajak karena kompensasi kerugian tidak akan terealisasi apabila tidak terdapat Penghasilan Kena pajak yang memadai untuk menutupi kerugian tersebut.
Dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan par. 26 menjelaskan bahwa saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui.
Terminologi dan pengertian yang digunakan dalam akuntansi keuangan dan akuntansi pajak terlihat sebagai berikut:
• Beban Pajak Penghasilan (Income Tax Expense) – BP
Jumlah Pajak Penghasilan yang dialokasikan untuk periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif prisinal x Penghasilan Sebelum Pajak.
• Pajak Penghasilan Terutang (Income Tax Liability) – PT
Jumlah Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan Tarif Orisinal x Penghasilan Kena Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
• Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax Accounting Income - Pretax Book Income) – PSP
Penghasilan Akuntansi sebelum dikurangi dengan Beban Pajak Penghasilan.
• Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) – PKP
Penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan dikurangi dengan Biaya Fiskal yang boleh dikurangkan.
• Efek Pajak (Tax Effects) – EP
Selisih antara PPh Terutang dengan Beban PPh.
Pajak Tangguhan
Kegiatan dalam Menentukan Pajak Tangguhan
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA)
Contoh Perhitungan Pajak Tangguhan
Pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar di masa datang atau sebaliknya.
Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.
Taksiran Pajak Penghasilan
Beban Pajak Kini Rp 299.600.000
Keuntungan Pajak Tangguhan Rp (19.600.000)
Jumlah Beban Pajak Rp 280.000.000
Jurnal dapat dibuat sebagai berikut :
a. Menjurnal Pajak Tangguhan
Dr. Aktiva Pajak Tangguhan 21.000.000
Cr. Keuntungan Pajak Tangguhan 21.000.000
b. Menjurnal Pajak Terutang
Dr. Beban pajak kini 321.000.000
Cr. Hutang PPh 25/29 321.000.000
Devi Silviani
Rita Yunita Resmi
Maulana Fery
1615102002
1615102011
1615102014
Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekadar instrument pentransfer sumber daya (fungsi budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memengaruhi perilaku wajib pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain (fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.
Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan komersial, atau dengan perkataan lain akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya maka akan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut.
Sebagian perbedaan yang terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan Beban Pajak yang dimaksud sepanjang menyangkut perbedaan temporer hendaknya dilakukan pencatatan dan tercermin dalam laporan keuangan komersial dalam akun pajak tangguhan (deferred tax) baik aktiva pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya.
Kegiatan dalam Menentukan Pajak Tangguhan
1) Pajak tangguhan adalah pajak yang ditangguhkan, sebagai antisipasi terhadap konsekuensi utang pajak penghasilan, baik yang timbul di masa kini maupun masa depan.
2) Salah satu penyebab terjadinya pajak tangguhan adalah adanya perbedaan sementara antara laba fiskal dengan laba komersial, yang pada ujungnya menimbulkan perbedaan antara “Utang PPh” dalam laporan fiskal dengan laporan komersial.
3) Jika laba pajak lebih besar dibandingkan dengan laba komersial, maka selisih tersebut diakui sebagai “Aset Pajak Tangguhan” (Deferred Tax Asset), sebesar selisih tersebut dikalikan tarif efektif PPh, yang nantinya bisa dikreditkan (dijadikan pengurang) di tahun fiskal berikutnya.
4) Jika laba pajak lebih kecil dibandingkan dengan laba komersial, maka selisih tersebut diakui sebagai “Kewajiban Pajak Tangguhan” (Deferred Tax Liability), sebesar selisih tersebut dikalikan tarif efektif PPh, yang nantinya dihapuskan ketika bisa dipulihkan di masa depan.
Aktiva Tetap
Beban Penyusutan Menurut Akuntansi
Beban Penyusutan Menurut Fiskal
1.125.000.000
Bangunan
562.500.000
Mesin
3.333.333.333
5.000.000.000
Kendaraan
1.500.000.000
1.875.000.000
Perralatan
500.000.000
625.000.000
8.625.000.000
Jumlah
5.895.833.333
Pajak Penghasilan Terutang
Tambah: Kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan
Kurang: Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan
Beban pajak menurut pembukuan
Tambah/Kurang: Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan
Perbedaan permanen menurut pembukuan/pajak
Kali: Tarif Pajak Penghasilan menurut pembukuan setelah penyesuaian dengan perbedaan permanen
Beban Pajak menurut Pembukuan
Hasilnya
Perbedaan Temporer x Tarif
Perbedaan Temporer
BP > PT
PS > PKP
Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL)
BP < PT
PS < PKP
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA)
Pembukuan
UU Perpajakan
Uraian
Penghasilan Sebelum Pajak
9.282.150.000
6.552.983.333
Biaya Garasi
30.000.000,00
100.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak
1.070.000.000,00
1.000.000.000,00