Introducing 

Prezi AI.

Your new presentation assistant.

Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.

Loading…
Transcript

Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Sejak permulaan tarikh masehi, hubungan dagang antara India dengan kepulauan Indonesia sudah ramai. Daerah timur Sumatra meni jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke-7 antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan tersebut yang berhasil mencapai puncak kejayaannya adalah Sriwijaya.

14. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025 M). Selama kepemimpinannya, Sriwijaya dapat dikalahkan oleh kerajaan Cola dan sang sempat ditawan.

15. Sri Deva (1028 M)

16. Dharmavira (1064 M)

17. Sri Maharaja (1156 M)

18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M)

19. Pada Tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.

Berita dari dalam negeri

Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti-prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.

a) Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.

b) Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah barat Pelembang.

c) Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka.

Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya."

Candi Muara Takus

Ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau.

Archa Buddha ditemukan di daerah Bukit Siguntang

Prasasti Talang Tuo

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Biaro Bahal

Terletak di Padang Lawas, Tapanuli Selatan

Prasasti Kota Kapur

Adapun sumber sejarah berdirinya kerajaan sriwijaya sebagai berikut:

Berita dari Cina

Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.

Berita dari Arab

Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

Raja-raja kerajaan Sriwijaya

Masa pemerintahan dari masing-masing raja Sriwijaya tersebut belum diketahui karena tidak tersebut di dalam sumber. Angka tahun yang ada hanyalah angka yang diduga kuat sebagai tahun pembuatan prasasti atau penulisan berita/kronik.

Raja-raja kerajaan sriwijaya:

1. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M). Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang menaklukkan kerajaan melayu dan Tarumaneara.

2. Indravarman (702 M)

3. Rudra Vikraman (728 M)

4. Dharmasetu (790 M)

5. Wisnu (795 M). Selama kepemimpinannya, Raja Wisnu memulai pembangunan Candi Borobudur dan menaklukkan Kamboja Selatan.

6. Samaratungga (792 M). Selama Kepemimpinan Raja Samaratungga, Sriwijaya kehilangan daerah taklukannya di kamboja selatan pada 802 M

7. Balaputradewa (835 M). Raja ini memerintahkan pembuatan biara untuk kerajaan Cola di India dengan meninggalkan Prasasti Nalanda.

8. Sri Udayadityawarman (960 M)

9. Sri Udayadityan (961 M)

10. Hsiae-she (980 M)

11.Sri Cudamaniwarmadewa (988 M)

12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)

13. Sumatrabhumi (1017 M)

Daerah lain yang menjadi kekuasaan Sriwijaya diantaranyaTulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung dan daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu untuk mengembangkan usaha perdagagan dengan India. Selain itu, diketahui pula berdasar berita dari China, Sriwijaya menggusur kerajaan Kaling agar dapat mengusai pantai utara Jawa sebab adalah jalur perdagangan yang penting.

Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.

Thank You

Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

c. Hubungan dengan luar negeri

Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.

b. Wilayah kekuasaan

Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.

Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya.

Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya

Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya.

Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India. Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra.

2) Balaputera Dewa

Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah berkuasa. Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja. Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya mengalami perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.

3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman

Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola. Sang raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.

Secara struktural, Raja Sriwijaya memerintah secara langsung terhadap seluruh wilayah kekuasaan . Di beberapa daerah taklukan ditempatkan pula wakil raja sebagai penguasa daerah. Wakil raja ini biasanya masih keturunan dari raja yang memimpin. Maka masuk akal jika dijumpai pula prasasti yang berisi kutukan untuk anggota keluarga kerajaan. Maksud dari kutukan ini adalah untuk menunjukkan sikap keras dari raja yang berkuasa, sekaligus suatu sikap dari raja yang tidak menghendaki kebebasan bertindak yang terlalu besar pada penguasa daerah. Kontrol kekuasaan juga dilakukan melalui kekuatan militer. Sebagimana disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit, Dapunta Hyang Sri Jayanaga memimpin pasukan sebanyak 20.000 tentara untuk menaklukkan daerah /Ma-ta-dja /, yaitu sebuah daerah yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan para ahli, di antaranya Coedes dan N.J. Krom (Slamet, 2006:137).

Wilayah Sriwijaya ternyata membutuhkan pengawasan yang ekstra karena luasnya kekuasaan kerajaan ini. Untuk menjaga eksistensi kekuasaan, Raja Sriwijaya menerapkan beberapa kebijakan, misalnya saja dalam beberapa prasasti dituliskan tentang kutukan bagi siapa saja yang tidak taat pada raja, seperti dalam Prasasti Telaga Batu Kota Kapur. Fungsi ancaman (kutukan) ini semata-mata untuk menjaga eksistensi kekuasaan seorang raja terhadap daerah taklukannya (Marwati & Nugroho, 1993:71). Selain kutukan, terdapat pula prasasti yang menjanjikan hadiah berupa kebahagiaan terhadap siapa saja yang tunduk terhadap Sriwijaya, seperti yang tertulis pada Prasasti Kota Kapur.

Prasasti Telaga Batu Kota Kapur

Sistem Politik Kerajaan Sriwijaya

Di sisi lain, Sriwijaya juga mengadakan hubungan diplomasi dengan Tiongkok, India, dan Cola. Seperti dikutip dalam buku /Sriwijaya /(1996), hubungan diplomasi dengan jalan pengutusan antara Sriwijaya dengan Tiongkok pertama kali terjadi pada 713 M dan 714 M.

Pada 1008 Raja Se-li-ma-la-pi (Sri Marawi, yaitu Marawijaya) mengirimkan iga utusan untuk mempersembahkan upeti kepada kaisar Tiongkok (Slamet, 1996:272). Beberapa uraian di atas menjelaskan bahwa telah terjadi hubungan segitiga antara Sriwijaya-Tiongkok-India  (yang diwakili oleh Marawijaya). Hubungan ini semata-mata dilakukan oleh Sriwijaya karena usaha penggalangan kekuatan dalam menghadapi serangan dari luar, misalnya saja ketika Sriwijaya mendapat serangan dari Jawa pada 992 M.

Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.

a. Raja yang memerintah:

1) DapuntaHyang SriJayanasa

Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.

Sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan pelayaran.

Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke China. Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya

Kelompok 5

Anisa Wulan Anggraini

Elma Sulistiawati Husain

Learn more about creating dynamic, engaging presentations with Prezi