Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
berdagang "lada" sebagai komoditas utama perdagangannya, ekonomi perdagangan lada ini berkembang pesat sehingga masyarakat banjar bisa melakukan ekspor ke negara arab dan cina
Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan
Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan
kerajaan kutai kertanegara menjalankan ekonomi perdagangan oleh masyarakatnya sama seperti kerajaan kalimantan yg lain, perdagangan dilakukan dengan bangsa arab dan cina sampai tahun 1888 pertambangan batu bara di kutai dibuka oleh belanda dan pengekploitasiaannya diserahkan kepada sultan kutai, sultan sulaiman.
Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada zaman mereka, mereka berdagang memanfaatkan arus sungai kendilo dengan pedagang arab dan cina
KEHIDUPAN EKONOMI DARI KEDUA KERAJAAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH PERDAGANGAN, SAMPAI MENIMBULKAN PERSAINGAN DI ANTARA KEDUA KERAJAAN
1. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai masa keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina. dipimpin oleh Ternate, meliputi: Bacan, Seram, Obi, dan Ambon.
2. Kerajaan Tidore mencapai masa keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia. dipimpin oleh Tidore, meliputi: Halmahera, Jailalo sampai ke Papua.
untuk menunjang perekonomian makasar sebagai pelabuhan serta mencukupi keperluan sendiri kerajaan ini menguasai daerah-daerah yang subur di sebelah timurnya.kerajaan yang di taklukkan antara lain kerajaan bone.sedangkan untuk menguasai jalan dagang secara sempurna,perluasan daerah diarahkan ke selatan,sehingga pulau-pulau yang di sebelah selatan dan tenggara dapat di kuasai seperti pulau selayar,butung atau buton. Pulau Sumbawa dan juga pulau Lombok(nusa tenggara) dengan demikian jalur perdagangan waktu musim barat yang melalui sebelah utara kepulauan nusa tenggara dan jalan perdagangan waktu musim timur yang melalui sebelah selatan Sulawesi dapat dikuasainya.
Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional .banyak pedagang asing seperti inggris portugis Denmark, datang berdagang di makasar.dengan tipe perahunya seperti penisi dan lambo. Pedagang-pedagang makasar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia.kepentingan ini menyebabkan mereka berhadapan dengan belanda yang menimbulkan beberapa kali peperangan.belanda yang merasa berkuasa atas daerah Maluku sebagai sumber rempah-rempah menganggap makasar sebagai pelabuhan gelap,karena di situ diperjual belikan rempah-rempah yang berasal dari Maluku .
Untuk mengatur pelayaran dan peniagaan dalam wilayahnya disusunlah hokum perniagaan yang disebut ade allopiloping bicaranna pabbahi’e dan sebuah naskah lontar karya amanna gappa.
- Arya Putra Nugraha
- Fauzi Insan Estiko
- Hadi Dewantara
- Ivan Juliano Fauzi
Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Solo. Walaupun Pajang berada di daerah pedalaman akan tetapi kerajaan ini tetap bisa mengekspor beras dan menjadi lumbung padi pada masa itu. Jelas bisa diketahui bahwa sungai Bengawan Solo merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi kerajaan Pajang. Sungai ini dapat mempermudah irigasi terhadap sawah-sawah dan ladang perkebunan. Sehingaa hasil pertaniannya pun bisa jadi lebih maksimal dibandingkan daerah-daerah lain. Dan dari hasil pertanian ini lah masyarakat Pajang dapat berkembang.
Pajang merupakan dinasti atau kerajaan Islam yang berada di pedalaman pertama di Jawa. Dengan demikian, masyarakatnya agraris. Kerajaan pajang memiliki kondisi tanah yang baik dan subur. Oleh karena itu masyarakat pajang mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan. Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan solo. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
Akan tetapi kehidupan ekonomi kerajaan Pajang yang terpaku pada kehidupan agraris tidaklah berlangsung lama, karena Pajang kurang begitu bisa menguasai perniagaan yang berbasis laut yang pada saat itu sedang berkembang dengan pesat diwilayah Jawa. Pergantian sifat dari Maritim ke Agraris kurang begitu membuat nama Pajang dapat bersaing dengan Kerajaan Demak yang menjadi wilayah transit para pedagang. Karena Pajang ini berada didaerah pedalaman maka masyarakatnya tidak bisa begitu lihai menguasai wilayah lautan seperti yang dilakukan kerajaan-kerajaan sebelum Pajang.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunantebau, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.
Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyangsiksakandangkaresian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Dilihat dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau dipesisir pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam jalur perdagangan Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian timur.Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang.Letak kerajaan Demak yang strategis, sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak terletak ditepi pantai Selat Muria yang memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai sekitar abad ke-17 selat cukup lebar dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke Rembang.Kemudian Demak dapat berkembang menjadi pangkalan yang amat penting, karena pelayaran dunia yang melintang di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan sebaliknya mesti melalui dan singgah di Bandar Demak.
Demak juga merupakan kerajaan agraris.Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah dipedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.Pada abad ke-16 demak menjadi pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah sebelah Selat Muria.Demikianlah akhirnya Demak menjadi pengekspor tunggal hasil beras di daerah lautan Nusantara, ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa, terutama kedaerah-daerah Indonesia Timur.Bagi daerah rempah-rempah itu kain tenun Jawa dapat menyaingi tekstil Impor dari India ataupun Cina.Meskipun rempah-rempah dan beras merupakan mata dagangan pokok bagi Demak dibandar-bandar Jawa dan di Bandar dunia Malaka, namun perdagangan antar Asia pun sebagaian besar dikuasai pula oleh Demak.
Sebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir pulau Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon. Juga memiliki fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan. Dari artikel yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku kumpulan artikel oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan sebuah artikel yang berjudul “Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, dalam artikelnya terbagi menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam, Bandar Cirebon masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan islam, dan masa pengaruh kolonial.
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan
Aceh banyak memiliki komoditas yang diperdagangkan diantaranya :
1. Minyak tanah dari Deli,
2. Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah,
3. Kapur dari Singkil,
4. Kapur Barus dan menyan dari Barus.
5. Emas di pantai barat,
6. Sutera di Banda Aceh.
Selain itu di ibukota juga banyak terdapat pandai emas, tembaga, dan suasa yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Sedang Pidie merupakan lumbung beras bagi kesultanan.[14]Namun di antara semua yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor adalah lada.
Produksi terbesar terjadi pada tahun 1820. Menurut perkiraan Penang, nilai ekspor Aceh mencapai 1,9 juta dollar Spanyol. Dari jumlah ini $400.000 dibawa ke Penang, senilai $1 juta diangkut oleh pedagang Amerika dari wilayah lada di pantai barat. Sisanya diangkut kapal dagang India, Perancis, dan Arab. Pusat lada terletak di pantai Barat yaitu Rigas, Teunom, dan Meulaboh