ISLAM ULIL ABAB
Farros Fahmi Mubarrok (17311426)
Shabrina Nur Annisa (17311432)
A. Achmad Amirul Dinul (17311457)
1. Kerajaan Safawiyah
2. Kerajaan Turki Usmani
3. Kerajaan Mughal
Materi
Pada saat Eropa terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan, yang banyak diantaranya lari untuk minta suaka politik kepada khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasan dalam memilih agama, dan diberikan di tempat Turki Utsmani. Lord Cersay menyatakan bahwa pada zaman yang mana dikenal ketidakadilan dan kelaliman katholik roma dan protestan, maka Sultan Sulaimanlah yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam. Setelah Sulaiman, Kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran.
Persia selama kurang lebih delapan abad berada di bawah kekuasaan Arab dan Mongol. Pada awal Abad ke-16 (1501 M) orang Persia dapat mendirikan sebuah kerajaan yang beraliran Syi’ah di bawah pimpinan Syekh Ismail. Bangsa Syafawiyah-sebut Safawiyah-adalah penganut sekte Syi’ah yang taat dari keturunan Imam Ketujuhnya, yaitu Imam Musa al-Qazim. Pada masa kekuasaan Timur Lang, orang Safawiyah berdiam di kota Ardabil, Azerbaijan. Terdapat seorang sufi dan ulama terkenal yaitu Sheik Safiuddin Ishak adalah kakek dari Sheikh Ismail. Berangkat dari namanya inilah dinasti ini dinamakan Safawiyah.
Kerajaan Safawiyah sudah mengalami kehancuran setelah wafatnya Abbas I, tetapi tanda kehancuran total terlihat ketika Khalifah Sulaiman berkuasa. Ia balas dendam karena Rezim Syi’ah mengadakan pemerasan dan penindasan terhadap rakyat, termasuk kepada ulama dari paham-paham Sunni dipaksa menerima paham Syi’ah. Puncak kehancurannya terjadi saat kekusaan dipimpin oleh Shah Sultan Husain II. Pada saat itu, Iran diserang oleh pasukan Turki Usmani dan Bangsa Rusia yang berbatasan dengan daerahnya. Akhirnya, mereka bersepakat untuk membagi wilayah kekuasaan Trans-Kaukasus, yaitu pihak Turki Usmani mendapatkan daerah Armenia dan beberapa wilayah Azerbaijan, sedangkan Rusia menerima beberapa provinsi sekitar Laut Caspia, Jhilan, Mazandaran, dan Austrakhan.
MATERI
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lang dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India dimulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman Lodi) dan gubernur Lohere.¬ Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil menundukkan Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya Kerajaan Mughal. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus.
Jahanggir
(1605-1628 M)
Aurangzeb
(1658-1707 M)
Akbar
(1556-1605 M)
Shah Jehan
(1628-1658 M)
FAKTOR KEHANCURAN
Setelah satu setengah abad, Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M, kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb, yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH