Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
PERPAJAKAN
DOSEN PENGAMPU; GINA SAKINAH, S.E.Sy.,M.E.
Penyusutan merupakan proses pengalokasian harga perolehan aktiva/harta tetap berwujud pada periode-periode yang menikmati manfaat atas penggunaan harta tersebut. Menurut PSAK No.16, penyusutan
adalah distribusi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diperkirakan. Ketentuan tentang penyusutan menurut undang-undang pajak tercantum pada Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tidak semua harta dapat disusutkan ,berdasarkan ketentuan akuntansi keuangan, untuk dapat disusutkan harta tersebut harus memenuhikriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain:
1). Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntasi
2). Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3). Ditahan oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Sedangkan menurut Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, harta yang dapat disusutkan adalah semua harta yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah
Berdasarkan metode penyusutan garis lurus, dasar suatu aset dihapuskan secara merata selama masa manfaat aset tersebut. Jumlah penyusutan yang sama diambil setiap tahun selama masa manfaat aset. Untuk mengidentifikasi biaya penyusutan tahunan suatu aset dengan menggunakan penyusutan garis lurus, total biaya suatu aset (dikurangi nilai sisa) dibagi dengan masa manfaat aset tersebut.
Contoh penyusutan garis lurus:
Biaya asli $10.000
Nilai sisa 500
Dasar yang disesuaikan $9.500
Perkiraan hidup 5
Depresiasi per tahun $1.900
Dasar penyusutan antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak adalahsama. Dasar penyusutan antara SAK adalah harga perolehan aktiva tetap, ditambah dengan beban yang dapat dikapitalisasi pada perolehan tersebut.
Adapun waktu penyusutan menurut akuntansi sebagaimana disebutkan pada PSAK No. 17, penyusutan dimulai pada bulan takwin dimana aktiva tetap yang bersangkutan mulai digunakan. Pembebanan akuntansi berdasarkan bulan penuh. Jika dalam bulan bersangkutan jumlah hari kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah(diabaikan) dan jika lebih dari 15 hari dibulatkan menjadi satu bulan penuh.
Terdapat beberapa metode dalam perhitungan depresiasi sebuah aset. Berikut merupakan metode depresiasi atau penyusutan.
1. Metode Rata-Rata
2. Metode Menurun
ANGGOTA
Amortisasi dalam perpajakan mengacu pada strategi penghapusan biaya modal yang dikeluarkan bisnis dari suatu aset, agar sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan aset tersebut. Dengan demikian, amortisasi penting dalam dunia perpajakan untuk dapat mengetahui kondisi serta laporan keuangan suatu bisnis. amortisasi dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat. Penghitungannya diterapkan dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran atau atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas.
1. NUR FASYA OCTAVIANI
2. PAJAR FAUZAN
3. REISYA FAUZIAH
4. RISWANDA HIMAWAN
Menurut peraturan menteri keuangan tahun 2019 untuk aktiva tetap berwujud selain tanah, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. aktiva tetap berwujud diperoleh setelah izin usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS.
b. aktiva tetap berwujud diperoleh setelah:
1. izin prinsip;
2. izin investasi;
3. pendaftaran Penanaman Modal; atau
4. izin usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS atas perubahan izin prinsip, izin investasi, atau pendaftaran Penanaman Modal.
Dalam lingkup perpajakan, penyusutan diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 11 dan dikenal sebagai penyusutan fiskal yaitu biaya penyusutan yang diklaim oleh wajib pajak sebagai penyesuaian dari hilangnya nilai aset berwujud saat digunakan untuk kegiatan produksi. Dalam praktiknya, kegiatan penyusutan fiskal dilakukan berdasarkan UU Pajak Penghasilan (PPh). Penyusutan dilakukan atas aset dengan masa manfaat lebih dari 1 tahun dan dihitung menggunakan metode tertentu. Penyusutan terhadap harta atau aset berpengaruh untuk mengurangi nominal pajak dalam Pelaporan Pajak Harta Perusahaan dimana nilai dari aset atau harta yang dikenai pajak.
Penyusutan dan amortisasi tidak berbeda. Kedua istilah yang menggambarkan pembebanan biaya karena penurunan kegunaan/manfaat secara berkala dari suatu harta tetap. Untuk harta tetap berwujud (tangible assets) dilakukan penyusutan dan untuk harta tak berwujud (intangible assets) dilakukan amortisasi.
Amortisasi dalam Undang-undang Pajak diatur dalam Pasal 11A Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yang menyebutkan bahwa amortisasi dilakukakn terhadap pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
Pengelompokan dan tarif amortisasi atas pengeluaran harta tak berwujud dimaksudkan untuk memberi keseragaman bagi Wajib Pajak dalam melakukan amortisasi. Wajib Pajak dapat melakukan amortisasi sesuai dengan metode yang dipilihnya berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya dari tiap harta tak berwujud. Tarif amortisasi yang diterapkan berdasarkan pada kelompok masa manfaat sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Undang-undang.
Harta yang dapat disusutkan adalah harta tak berwujud (intangible assets). Yang dimaksud harta tak berwujud adalah harta tidak lancar yang tidak terwujud dan nilainya tergantung pada hak-hak yang dinikmati pemiliknya. Ciri khas harta tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari.
Undang-undang pajak menyatakan bahwa amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat azas.
KELOMPOK LIMA