Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
a.s. Hornby, 1994 : Kata tradisi berasal dari bahasa Inggris tradition yang berarti keyakinan atau kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tradisi berarti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Sedangkan kata keilmuan bersifat ilmu : secara ilmu pengetahuan :memenuhi syarat dalam (kaidah) ilmu pengetahuan.
Dengan demikian tradisi keilmuan bisa dipahami sebagai segala sesuatu yang terkait dengan keilmuan yang sudah biasa dilakukan dan dikerjakan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi budaya yang membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan ialah Iqra’ bi ism Rabbik al-ladzi khalaq.Ayat pertama tadi memberikan bukti bahwa dalam Islam, perintah membaca sebagai simbol dari urgensi ilmu pengetahuan harus diintegrasikan dengan wawasan ketuhanan.
Rasulullah SAW memberikan teladan bagaimana beliau membangun satu generasi yang luar biasa kecintaannya terhadap ilmu. Menurut Prof Hamidullah, Piagam Madinah adalah Konstitusi Negara tertulis pertama di dunia. Di Madinah, Rasul SAW juga menggalakkan tradisi baca tulis. Bahkan beliau membebaskan tawanan Badar yang mengajar kaum Muslim membaca dan menulis. Rasulullah SAW juga memerintahkan penulis wahyu, Zaid bin Tsabit, untuk belajar bahasa Ibrani. Maka, tidak heran, kader-kader Rasulullah SAW adalah orang-orang yang sangat tinggi semangat keilmuannya. Sedangkan pada masa sahabat tradisi keilmuan tumbuh dan berkembang dengan pesat, karena pada waktu itu para sahabat berusaha untuk saling tolong menolong serta menyebarkan ilmu kepada masyarakat umum.
Rihlah adalah suatu tradisi utama yang artinya “Pengembaraan dalam rangka mencari ilmu” Rihlah ini mulanya dilakukan oleh mereka yang mempelajari hadist. Kegiatan pengumpulan hadist mendorong Bukhari (W 810) mengembara selama 16 tahun, Rihlah ternyata tidak hanya merupakan tradisi akademis tetapi juga merupakan syarat utama untuk menuntut ilmu.
Islam secara mutlak mendorong pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin bahkan hingga ke negri Cina. Ajaran hadist ini relevan dengan situasi jazirah Arab abad tujuh Masehi dalam rangka mengejar kemajuan peradaban Cina pada saat itu. Cina waktu itu adalah sebuah peradaban tua dan maju. Dengan kata lain, nabi menyatakan jauhnya letaknya suatu negara bukan masalah untuk kepentingan unik keilmuan nilai ilmu pengetahuan.
Sebagaimana gerenasi sahabat, para ulama Islam juga berhasil memunculkan satu tradisi ilmu yang khas dalam Islam. Yakni, tradisi yang menyatukan antara ilmu dan amal. Tradisi yang menyatukan ilmu dan amal serta akhlak ini selama berabad-abad terus dipertahankan oleh kaum Muslim. Di pesantren-pesantren di Indonesia, santri yang melakukan tindak pencurian akan dikenakan sanksi yang berat.
Puncak peradaban manusia paling menakjubkan memang terjadi di masa Rasulullah Saw. Ia berhasil membangun landasan keilmuan yang integratif antara ilmu-ilmu rasional-analitis dan ilmu-ilmu moral-spiritual.
dalam kajian Tauhid dan Pendidikan, berkesimpulan bahawa untuk bisa menghasilkan suatu pribadi yang integral melalui proses pendidikan, berbagai konsep tauhid (uluhiya, rububiyah, mulkiyah, dan rahmaniyah) perlu diintegrasikan menjadi konsep tauhid yang holistik.
Pada periode berikutnya tradisi pemikiran dan keilmuan dalam Islam berkembang cukup pesat dengan dimulainya aktivitas penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Dalam hal ini Dar al-Hikmah yang dibangun Harun al-Rasyid menjadi pusat kegiatannya, yang sekaligus sebagai pintu masuk bagi pemikiran filsafat Yunani kuno ke dalam tradisi Islam. Tampilnya para filosof dan saintis muslim seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Khawarizmi dan Ibn Sina tidak bisa dilepaskan dari keuntungan yang mereka peroleh dari aktivitas penerjemahan dan membludaknya literatur-literatur Yunani. Proyek penerjemahan ini juga disebut sebagai gerakan intelektual dalam sejarah Islam, sehingga dikenal sebagai kebangkitan terkenal dalam seluruh sejarah pemikiran dan budaya.
Era penulisan karya-karya orisinal juga mengiringi era penerjemahan yang produktif dan cukup panjang di awal masa dinasti Abbasiyah. Pada abad ke-10, bahasa arab, yang pada masa pra-Islam merupakan satu-satunya bahasa syair, dan pada masa Rasulullah menjadi bahasa wahyu dan agama, telah berkembang dengan cara yang menakjubkan, dan tiada bandingnya dalam sejarah, menjadi media yang terbukti sanggup bertindak sebagai sarana untuk mengekspresikan pemikiran ilmiah serta menampung gagasan filosofis tingkat tinggi.
Dalam dunia Islam sebelum munculnya lembaga pendidikan formal, masjid dijadikan sebagai pusat pendidikan selain untuk tempat menunaikan ibadah. Hubungan sejarah pendidikan masyarakat Islam dengan masjid merupakan hubungan yang erat sekali. Sebab, masjid merupakan pusat peradaban Islam yang berfungsi tidak hanya sebagai pusat keagamaan, tetapi masjid merupakan salah satu tempat yang sangat penting dalam pendidikan Islam.
Rasulullah menjadikan tempat masjid Nabawi sebagai tempat pendidikan, sarana berkumpul para sahabat, dan menyampaikan wahyu Al-Qur’an.
Begitu pula yang terjadi di masjid Damaskus yang merupakan pusat yang sangat penting dari pusat-pusat peradaban dan dijadikan sebagai halaqoh-halaqoh keilmuan.
Masjid juga memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan buku dan perpustakaan.
Dalam tradisi keilmuan Islam, kita temukan tiga jenis perpustakaan yaitu perpustakaan umum, perpustakaan khas (khusus) dan perpustakaan khas-umum. Perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dibuka untuk orang awam seperti perpustakaan di masjid-masjid. Perpustakaan ini dapat dipergunakan oleh siapapun juga dari beragam kalangan. Diantaranya adalah perpustakaan Basrah dan Perpustakaan al-Azhar. Di Baghdad saja terdapat 38 buah perpustakaan umum dan di Cordova terdapat 70 buah perpustakaan.
Perpustakaan khas (khusus) ialah perpustakaan pribadi yang dimiliki oleh para pembesar dan ulama, seperti perpustakaan Fatah bin Haqân (w. 247 H) dan perpustakaan Ibn Khasyab (567 M). Perpustakaan umum-khas yaitu perpustakaan yang khusus untuk para ulama, sarjana dan pelajar. Perpustakaan ini tidak dibuka kepada umum tetapi diperuntukan bagi para akademisi dan ilmuwan saja. Diantaranya Perpustakaan Baitul Hikmah yang didirikan oleh Harun al-Rasyid di Baghdad, Perpustakaan Dar al-Hikmah yang didirikan oleh Hakam Amrillah pada tahun 395 H di Kaherah dan Perpustakaan Cordova.
1) Diorientasi makna filosofi Iqra’
2) Symptom Dikotomi
3) Menipisnya Semangat Meneliti (Spirit of Inquary)
4) Certificated oriented dan too general knowledge.
5) Dominasi tradisi menghafal
Iqra yang pernah mengantarkan ummat Islam ke zaman keemasan (golden age), tidak lagi menjadi tradisi di mayoritas lemabaga pendidikan Islam. Kenyataan ini termanifestasi dalam tradisi pembelajaran yang masih didonimasi sistem hafalan (memorization), termasuk terhadap ilmu-ilmu kefilsafatan. Ini kemudian berimplikasi terhadap lemahnya semangat meniliti spirit of inquiry, yaitu hilangnya semangat membaca, menulis, dan meneliti yang dulu menjadi supremasi ummat Islam.
Sejarah menunjukkan bahwa symptom dikotomi ini menimpa dunia Islam diabad 12, Dikotomi keilmuan dalam pendidikan Islam; antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum (Barat) telah menimbulkan persaingan di antara keduanya, yang saat ini –dalam hal peradaban- dimenangkan oleh Barat, sehingga pengaruh pendidikan Barat terus mengalir deras, dan ini membuat identitas umat Islam mengalami krisis dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan umat Islam dalam menghadapi pengaruh Barat itu membuatnya bersifat taqiyah; artinya, kaum Muslimin lebih menyembunyikan identitas keislamannya, karena rasa takut dan malu. Sikap seperti ini banyak melanda umat Islam di segala tingkatan; baik di infrastruktur maupun suprastruktur; level daerah maupun nasional.
Spirit of Inquiry yang dimaksud di sini adalah hilangnya semangat membaca dan meneliti yang dulu menjadi supremasi utama dunia pendidikan Islam pada zaman klasik dan pertengahan. Jangankan tradisi membaca, membangkitkan minat baca di sekolah-sekolah (Indonesia, misalnya) saat ini pun menjadi ganjalan utama para guru dan tenaga perpustakaan. Sehingga tidak mengejutkan jika angka buta huruf di dunia Islam masih tergolong tinggi.
Orientasi sertifikat dalam kaitan ini merupakan orientasi pendidikan yang diarahkan hanya untuk meraih selembar kertas sebagai kartu truf untuk memperoleh pekerjaan. Orientasi sertifikat ini di Indonesia misalnya dapat dilihat dari semakin maraknya lembaga pendidikan pencetak sarjana tanpa mengindahkan proses.
Mengaca pada tradisi Islam klasik, biografi beberapa ilmuan menunjukkan bahwa mereka menghabiskan 20 tahun tambahan untuk belajar dibawah arahan berbagai syaikh6. Masyarakat Islam ketika itu sangat menghormati kegiatan menuntutu ilmu dan tidak menuntut agar seseorang menyelesaikan satu paket kurikulum, lalu mencari pekerjaan.
Mayoritas lembaga pendidikan mengajarkan filsafat dan belajar mengkritik dengan menggunakan kekuatan hafalan dan pengulangan (repetition). Rasa ingin tahu (curiosity), ide-ide baru, kreativitas berfikir dan inovasi tidak dapat diharapkan muncul dalam sistem seperti ini7. Implikasi selanjutnya adalah kurangnya pemaknaan (meaning) dalam memahami
- Joyce Meyer