PENGUJIAN
AKTIVITAS
ANALGETIKA
KELOMPOK 1
SHIFT B
Helmi Muhammad Fauzan
(NPM 10060320031)
1
PERKENALAN
KELOMPOK 1
2
Dita Yuriany Tanjung
(NPM 10060320033)
3
Annisaa Chantika Putri
(NPM 10060320034)
4
Uji aktivitas analgetika dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh obat analgetika pada mencit yang diinduksikan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot (Mutschler, 2011)
DATA
PENGAMATAN
Uji Aktivitas Analgetik dengan Metode Siegmund (Induksi Kimia)
Parameter pengamatan yang diamati yaitu jumlah geliat dari seluruh mencit setiap 5 menit sekali selama 60 menit. Rasa nyeri diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan menggeliat yaitu kedua pasang kaki ke depan dan ke belakang serta perut yang menekan lantai
Uji Aktivitas Analgetik Metode Jentik Ekor (Induksi Panas)
Parameter yang dilihat berupa jentikan dari ekor mencit karena adanya respon pada saat diinduksi panas. Ekor mencit dimasukan kedalam beaker glass yang berisi air dengan suhu 50 derajat celcius, kemudian diamati pada detik keberapa mencit menjentikkan ekornya
Metode Hot Plate Surface
Uji Aktivitas
Analgetika Metode
Hot Plate Surface
Tabel Uji Aktivitas Analgetika Metode Hot Plate Surface
Parameter pengamatan yang dilihat yaitu gerakan melompat, menjilat kaki dan gemetar pada kaki mencit, yang diberikan obat analgetik (aspirin, paracetamol, asam mefenamat, piroksikam, dan tramadol) serta CMC-Na sebagai kontrol
Grafik Uji Aktivitas Analgetika Metode Hot Plate Surface
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh rangsangan mekanik, kimiawi, panas atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri. Pada percobaan analgetika digunakan enam ekor mencit dengan enam jenis sediaan uji yang diberikan pada masing-masing mencit yaitu, CMC Na sebagai kontrol, aspirin, parasetamol, asam mefenamat, piroksikam, dan tramadol
PEMBAHASAN
Aktivitas analgetik ditunjukkan dengan penurunan jumlah geliat pada mencit yang diberi dosis sediaan uji. Pada pengujian metode siegmund hasil pengamatan yang baik ditunjukkan dari jumlah geliat yang semakin menurun, hal itu disebabkan karena efek dari sediaan uji yang diberikan sebelum pemberian asam asetat. Maka dapat diketahui dari semua sediaan uji, sediaan yang memberikan jumlah geliat paling sedikit adalah mencit yang diberikan sediaan parasetamol dengan jumlah geliat yaitu 6
Metode Siegmund
Dihitung daya proteksi dari masing-masing sediaan uji dengan rumus %Proteksi = 100 – (jumlah geliat uji/jumlah geliat kontrol) x 100%. Maka diperoleh hasil persen daya proteksi aspirin adalah sebesar -12,86%; persen daya proteksi parasetamol sebesar 95,714%; persen daya proteksi asam mefenamat sebesar 54,286%; persen daya proteksi piroksikam sebesar 80%; dan persen daya proteksi tramadol sebesar 59,286%. Dari data hasil pengamatan diketahui bahwa daya proteksi yang paling rendah adalah aspirin, hal ini tidak sesuai dengan mekanisme kerja aspirin, karena aspirin seharusnya memberikan efek analgetik karena aspirin termasuk obat pelopor pertama sebagai obat analgetik. Namun pada hasil pengamatan daya proteksi aspirin tidak memberikan efek analgetik yang ditandai dengan nilai daya proteksi aspirin sebesar -12,86%
Untuk membandingkan efektivitas analgetika dilakukan dengan cara membandingkan sediaan uji dengan aspirin. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan persen proteksi sediaan uji dengan persen proteksi dari aspirin atau dengan rumus %Efektivitas = (%proteksi uji/%proteksi aspirin) x 100%. Maka dari hasil perhitungan persen efektivitas analgetika diperoleh persen efektivitas analgetika parasetamol sebesar -744,3%; persen efektivitas analgetika asam mefenamat sebesar -422,1%; dan persen efektivitas analgetika piroksikam sebesar -622,1%. Pada obat yang bekerja disentral yaitu tramadol didapatkan daya proteksi sebesar 59,286% yang seharusnya daya proteksi yang diperoleh lebih besar dari daya proteksi paracetamol (perifer) karena tramadol bekerja sebagai analgetik melalui dua mekanisme yaitu efek opioid dan memacu jalur serotonin dan adrenergik
Metode Jentik Ekor
Dari hasil pengamatan yang didapatkan jika diurutkan dari waktu jentik ekor paling cepat yaitu yang diberi sediaan parasetamol, piroksikam, kontrol (CMC-Na), asam mefenamat, aspirin, dan tramadol. Dapat dilihat dari waktu jentik ekor yang paling lambat yaitu diberi sediaan tramadol. Pada mencit yang diberikan sediaan uji berupa parasetamol menunjukkan jentikan ekor yang lebih cepat dengan rata-rata waktu 6,49 detik. Hal tersebut menunjukkan bahwa mencit merasakan respon nyeri atau panas yang berasal dari induksi panas tersebut. Sehingga pada mencit yang diberikan sediaan parasetamol menunjukkan efek analgetika yang lebih kecil daripada sediaan yang lain
Pada mencit yang diberi sediaan tramadol didapatkan waktu jentikkan ekor dengan rata-rata sebesar 13,43 detik. Pada mencit yang diberikan sediaan uji tramadol menunjukkan jentikan ekor yang lebih lama dibandingkan dengan sediaan uji lainnya
Tramadol memiliki efek analgetika yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan uji sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan golongan tramadol yaitu analgetik opiod atau narkotik yang langsung bekerja secara sentral menuju sistem saraf pusat. Tramadol memberikan efektivitas yang lebih besar karena tramadol bekerja langsung pada sistem saraf pusat, sedangkan analgetika golongan NSAID hanya menghambat kerja dari enzim siklooksigenase. Menurut (Gilman, 2012), golongan obat NSAID bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Target kerja obat analgetik (NSAID) non opioid berkaitan dengan penghambatan mediator nyeri
Metode Jentik Ekor
Mekanisme nyeri pada uji ini adalah melalui panas yang ditimbulkan pada hot plate akan direspon oleh reseptor nyeri (nosiseptor) di dalam kulit. Mencit yang diberikan sediaan asam mefenamat menunjukan hasil efektivitas analgetik yang baik, yang mana asam mefenamat dapat menimbulkan efek analgesik dengan berkurangnya waktu respon mencit dalam menjilat kaki depan, atau melompat ketika diujikan dalam hot plate pada waktu ke 30 dan waktu 60
Pada metode ini mencit yang diberikan sediaan tramadol menunjukan hasil efektivitas analgetik yang rendah dimana mencit cepat merespon rasa nyeri seperti menjilat kaki depan, atau melompat ketika dimasukan kedalam hot plate
Pada hasil percobaan ini tramadol memiliki efektifitas analgetik yang lemah, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor seperti pemberian dosis yang diberikan pada mencit percobaan tidak tepat, dimana semua obatnya tidak masuk, dan juga kesalahan posisi ketika diberikan pada mencit yang mana seharusnya obat tersebut dapat masuk semua kedalam tubuh mencit sesuai dengan hitungan konversi dosis yang telah dilakukan, karena posisinya tidak tepat sehingga menyebabkan obat banyak terbuang. Selain itu pada setiap mencit memiliki sifat genetik yang berbeda hal tersebut dapat berpengaruh dalam efek farmakologi obat, sehingga dapat mempengaruhi reaksi suatu obat. Selain itu ketika obat diberikan secara oral akan mengalami metabolisme lintas pertama di hati dan degaradasi enzimatik dalam saluran cerna sehingga konsentrasi obat berkurang cukup signifikat karena belum mencapai sirkulasi sistemik oleh karena itu efek yang ditimbulkan oleh obat juga tidak akan maksimal
Selain itu berdasarkan hasil uji dengan metode jentik ekor, urutan obat yang memiliki efektifitas paling lemah sampai kuat yakni parasetamol, piroksikam, asam mefenamat, aspirin dan tramadol. Hal ini diujikan berdasarkan waktu jentik ekor saat diberi stimulus nyeri.
KESIMPULAN
Hasil pengujian pada metode siegmund urutan obat yang memiliki daya efektifitas paling lemah sampai kuat yaitu parasetamol, piroksikam, tramadol, asam mefenamat dan aspirin. Hal ini dibandingkan berdasarkan daya proteksi, semakin besar daya proteksi maka semakin efektif suatu obat uji
Berdasarkan hasil uji dengan metode Hot Plate Surface mencit yang diberikan sediaan asam mefenamat menunjukan hasil efektivitas analgetik yang baik. Hasil pengujian dengan metode Hot Plate Surface urutan obat yang memiliki daya efektifitas paling lemah sampai kuat yaitu tramadol, piroksikam, parasetamol, aspirin dan asam mefenamat