Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia
KARTIKA DWI ARMAYANTI
1164190420
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIAKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
JAKARTA 2019
dd/mm/yyyy
PENDAHULUAN
Guna memahami budaya Bugis, khususnya dalam prosesi upacara pernikahan adat Bugis yang terkait dengan mitos dan spirit religus, maka dibutuhkan pemahaman terhadap budaya tersebut. Sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat Bugis, merupakan simbolisme pada suku Bugis. Hal inilah yang rentan dengan konflik dalam berkomunikasi. Sehingga rasanya pemahaman mengenai simbol dalam kebudayaan sangat perlu untuk dipelajari, sehubungan dengan kenyataan bahwa kebudayaan berjalan beriringan dengan komunikasi kita sehari – hari dan tidak akan bisa lepas dari kehidupan kita.
Peneliti menggunakan semiotika Roland Barthes untuk memudahkan mencari tanda – tanda kebudayaan melalui konsep ‘mitos’. Mitos berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan penggambaran pada nilai – nilai dominan yang berlaku pada era tertentu. Di dalam mitos juga terdapat tiga dimensi tanda, yaitu penanda, pertanda, dan tanda yang memiliki kaitan erat terhadap sebuah prosesi upacara pernikahan adat Bugis.
Penelitian dipusatkan pada tentang bagaimana proses upacara pernikahan adat Bugis yang memiliki nilai kebudayaan yang tinggi dan penuh makna tersirat di dalamnya.
Pemahaman akan makna simbolik dalam upacara pernikahan merupakan keberlanjutan suatu kebudayaan. Maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengeksplorasi pesan atau makna simbolik yang terkandung dalam setiap aktivitas upacara pernikahan adat Bugis. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman interpretasi bagi orang-orang internal maupun eksternal masyarakat Bugis, maka penelitian ini sangat menarik untuk di eksplorasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang menyangkut tentang budaya Bugis Bone dalam pernikahan adat beserta makna dari simbol-simbol yang terkandung didalamnya dengan judul: “Makna Simbol Pada Upacara Pernikahan Adat Bugis (Kajian Semiotika Mengenai Upacara Pernikahan Adat Bugis)”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membatasi pembahasan yang diangkat dal am penelitian ini, yaitu :
1. Penulis akan membahas tentang makna yang terkandung dalam upacara pernikahan adat Bugis untuk mengetahui pesan tersirat yang terkandung dalam upacara pernikahan tersebut.
2. Penulis akan membahas mengenai upacara pernikahan adat Bugis untuk mengetahui dari awal sampai akhir. Apa saja tahapan – tahapan yang dilewati dan apa saja perlengkapan yang digunakan.
Berdasarkan Latar Belakang yang telah penulis jabarkan diatas, maka pertanyaan yang akan dibahas di dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah makna simbol pada upacara pernikahan adat Bugis?
2. Bagaimana tata cara proses upacara pernikahan adat Bugis?
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna simbol - simbol yang terkandung dari keseluruhan prosesi upacara pernikahan adat Bugis.
2. Untuk mengetahui prosesi upacara pernikahan adat Bugis beserta perlengkapan yang digunakan.
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dibidang komunikasi khususnya kajian komunikasi antar budaya.
b. Sebagai bahan masukan mengenai pemaknaan pesan simbolik, pesan verbal dan non verbal bagi akademisi yang ingin meneliti lebih lanjut tentang pernikahan Bugis atau simbolisasi pernikahan adat lainnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman terhadap mahasiswa dan masyarakat umum tentang interaksi budaya Bugis yang memiliki sifat positif yang bertujuan untuk menciptakan kerukunan dan kehidupan yang harmonis di masyarakat.
b. Mempelajari interaksi budaya di Indonesia juga memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian bangsa yang sesuai dengan kearifan lokal agar tidak terhanyut dalam pergaulan barat yang cenderung menggeser kebudayaan lokal.
Bab I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat teoritis dan manfaat praktis serta sistematika penelitian.
Bab II : Landasan Teori
Terdiri dari kerangka teori, tinjauan pustaka yang terdiri dari kerangka konsep dan penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran.
Bab III : Metodologi Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang pendekatan penelitian, metode penelitian, jenis penelitian, definisi konseptual, unit analisis, teknik pengumpulan data, Key Informan dan Informan, Teknik Analisis Data, Keterbatasan Penelitian dan Teknik Keabsahan Data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum dan analisis data, serta pembahasan.
Bab V : Penutup
Pada bab ini peneliti menyajikan kesimpulan yang diartikan sebagai jawaban dari rumusan masalah serta saran guna memperbaiki kekurangan objek penelitian.
LANDASAN TEORI
Interaksionisme simbolik adalah sebuah pergerakan yang berfokus pada cara – cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan.
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia, baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata – kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara – cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan di antara individu.
Seluruh ide paham interaksi simbolis menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi.
Teori interaksi simbolik juga tidak lepas dari unsur utama yang berperan di dalamnya yaitu interaksi simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Menurut Blumer (dalam Darmastuti, 2013:131), ada 3 prinsip utama yang terkandung dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu meaning (makna), language (bahasa) dan thought (pemikiran). Makna dalam interaksionisme simbolik menurut Blumer dipahami dengan cara bertumpu pada 3 premis utama, yaitu:
(1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna – makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
(2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain
(3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung.
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah sebagai suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada atahapan atau sekuensi serta berkaitan satu degan yang lain dan melibatkan banyak faktor meliputi komunikastor, komunikan, pesan (isi, simbol, dan cara penyampaian).
Model Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes dalam Sobur (2009:128), menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda.
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekarja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini, misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.
Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkat menjadi Mitologi yang memainkan peran penting dalam suatu kesatuan-kesatuan budaya.
Pernikahan mempunyai arti yang demikian pentingnya dan sesuatu yang sakral. Pernikahan juga hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Pernikahan merupakan bentuk komitmen yang paling tinggi untuk melakukan kerja sama abadi antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi atas dasar keikhlasan, kepasrahan/kepercayaan, menerima dan memberi.
Dalam tahap wanita dan pria mengikat janji sehidup semati dalam pernikahan ada tahapan-tahapan dan proses yang dilalui dalam pernikahan itu yang disebut denga upacara pernikahan, karena ini adalah suatu hal yang sakral dan sekali dalam seumur hidup. Maka, pelaksanaannya senantiasa dimulai dan seterusnya disertai dengan berbagai upacara lengkap.
Adat merupakan cerminan dari kepribadian suatu bangsa, dan merupakan salah satu penjelasan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena itu, setiap bangsa di dunia ini memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Justru karena ketidaksamaan inilah, kita dapat mengatakan bahwa adat merupakan unsur yang terpenting yang memberikan identitas kepada bangsa yang bersangkutan.
Tingkatan peradaban, maupun cara penghidupan yang modern, ternyata tidak mampu menghilangkan adat-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Paling-paling yang terlihat dalam proses kemajuan zaman itu adalah bahwa adat tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan dan kehendak zaman, sehingga adat itu menjadi kekal dan tetap segar.
Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol semua kata yang digunakan.
Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjukkan pada sesuatu.
Simbol itu sendiri meliputi apa pun yang dapat kita rasakan atau kita alami. Berbagai macam hal dapat diartikan menjadi simbol,jauh melebihi suara ucapan. Menggigil dapat diartikan dan dapat pula menjadi simbol ketakutan, kegembiraan atau yang lain.
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Sarwono (2010:1) menuturkan bahwa penelitian kualitatif adalah :
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
Dari beberapa definisi mengenai penelitian kualitatif diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempelajari secara mendalam mengenai suatu tingkah laku maupun gejala sosial, kemudian digambarkan secara jelas dengan cara memaparkan mengenai objek penelitian berdasarkan data – data yang diperoleh dengan cara tertentu, baik data yang diperoleh secara lisan maupun melalui tulisan mengenai objek tersebut pada suatu periode.
Menurut Denzin dan Lincoln yang di kutip oleh Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkn berbagai metode yang ada. (Moleong 2005:5)
Sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif mendeskripsikan suatu fenomena dengan bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik, fakta - fakta dan menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi seperti judul yang diangkat oleh penulis. Sifat penelitian ini deskriptif mendeskripsikan tentang makna-makna dari simbol yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Bugis.
Alasan penulis menggunakan tipe riset ini adalah karena di dalam studi semiotika diperlukan interpretasi terhadap setiap tanda – tanda yang ada dalam objek yang dikaji, yang dalam penelitian ini adalah upacara pernikahan adat Bugis. Untuk itu, peneliti mengamati secara mendalam mengenai unsur – unsur tersebut. Pendekatan jenis deskriptif digunakan peneliti untuk memaparkan atau menjelaskan mengenai intrepretasi makna dan simbol pada upacara pernikahan adat Bugis.
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Semiotik disebut sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda dan semiotika sebagai metode penelitian yang mengkaji tentang tanda. Semiotik digunakan sebagai metode penelitian karena semiotik dianggap peneliti sebagai metode yang paling tepat untuk melakukan interpretasi pada tanda – tanda yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Bugis. Sehingga akhirnya peneliti dapat mengartikan makna dan simbol – simbol non verbal yang terkandung dalam upacara pernikahan adat Bugis.
Untuk mengkaji makna dan simbol pada upacara pernikahan adat Bugis, peneliti menggunakan metode analisis semiotik Roland Barthes. Alasan mengapa peneliti menggunakan metode analisis Roland Barthes adalah karena dalam semiotika menggunakan dua tahap signifikasi.
UNIT ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini, penulis membatasi makna – makna dari tanda – tanda yang terdapat pada upacara pernikahan adat Bugis yang mencakup simbol – simbol yang ada pada keseluruhan prosesi upacara pernikahan adat Bugis dan seluruh alat yang digunakan selama proses berlangsung.
Penulis mencoba untuk mencari keterkaitan tanda – tanda yang berhubungan pada Upacara Pernikahan Adat Bugis tersebut dengan menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes. Berdasarkan hal tersebut, maka unit analisis dalam penelitian ini hanyalah tanda – tanda non verbal.
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah riset khusus. Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari sumbernya, sehingga periset sebagai “tangan pertama” yang memperoleh data tersebut. (Istijanto, 2005:45). Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan observasi.
DATA SEKUNDER
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak yang lain bukan oleh periset sendiri untuk tujuan yang lain. Ini mengandung bahwa periset sekedar mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut (kadang sudah berbentuk informasi) ke pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan. Periset hanya memanfaatkan data yang sudah ada uantuk penelitiannya. (Istijanto, 2005:38)
OBSERVASI
WAWANCARA
STUDI PUSTAKA
Studi pustaka adalah suatu karangan ilmiah yang berisi pendapat berbagai pakar mengenai suatu maslaah, yang kemudian ditelaah, dan dibandingkan, dan ditarik kesimpulan.
DOKUMENTASI
Studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan literatur buku yang berkaitan dengan maslaah penelititan (Ridwan 2002). Dalam penelitian ini penulis memperoleh dan mengumpulkan data tentang simbol atau lambing-lambang yang ada dalam Upacara Pernikahan Adat Bugis.
INTERNET SEARCHING
Internet Searching atau pencarian data melalui internet adalah teknik pengumpulan data menggunakan internet dalam rangka mencari data-data pendukung yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian. Internet Searching atau dikenal dengan metode penelusuran online merupakan tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media lainnya yang menyediakan fasilitas online.
TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis yang digunakan penulis sebagai pendekatan dalam menganalisis data penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes. Dengan mengamati upacara pernikahan adat Bugis yang dijadikan objek penelitian. Penulis mengidentifikasi tanda – tanda dari upacara adat tersebut yang menunjukkan adanya pesan tersirat. Data berupa tanda – tanda yang ada dalam penelitian ini diolah secara kualitatif untuk kemudian dimaknai.
Alasan mengapa penulis menggunakan analisis Roland Barthes karena Barthes telah melengkapi teori Saussure yang menjelaskan penanda dan petanda menjadi sebuah tanda, dari sebuah tanda yang dihasilkan, Barthes mengembangkannya menjadi sebuah makna denotasi lalu berlanjut menjadi sebuah makna konotasi dan mitos.
MODEL DUA TAHAP SIGNIFIKASI
TEKNIK KEABSAHAN DATA
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam teknik pemeriksaan data yang digunakan oleh peneliti yaitu Teknik Triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan terhadap data.
TRIANGULASI SUMBER DATA
Alasan penulis menggunakan triangulasi sumber data, karena penulis melakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yang telah peneliti dapatkan melalui key informan dan informan mengenai makna dan simbol – simbol upacara pernikahan adat Bugis.
Setelah itu baru peneliti membandingkan dengan hasil pengamatan, hasil data yang telah diperoleh melalui teknik pengumpulan data, kemudian penulis analisis untuk mengetahui tentang bagaimana makna dari simbol yang ada dalam upacara pernikahan adat Bugis.
TRIANGULASI METODE
Alasan peneliti menggunakan triangulasi metode dikarenakan triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau mengecek temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.
Peneliti menggunakan triangulasi metode dengan membandingkan sumber data lain seperti studi pustaka, dokumentasi, website dan observasi sebagai referensi untuk penelitian ini. Pelaksanaanya dengan cara check dan recheck
TRIANGULASI TEORI
Triangulasi teori yang dipakai pada analisis upacara pernikahan adat Bugis ini keseluruhannya terangkum pada landasan teori yang terdapat pada bab II skripsi ini. Teori yang terdapat di dalamnya antara lain, semiotika, pemaknaan, kebudayaan, adat, dan sebagainya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam menganalisa tanda yang terdapat dalam Upacara Pernikahan Adat Bugis, penulis menggunakan Semiologi Roland Barthes. Dalam semiotika Roland Barthes terdapat dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan makna yang bertingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Pada tingkat konotasi, Barthes juga melihat makna yang lebih mendalam dan bersifat konvensional, yaitu makna yang berkaitan dengan mitos.
Sebagaimana telah ditulis dalam bab sebelumnya, penulis disini berusaha menjabarkan dan membongkar makna dibalik prosesi upacara pernikahan adat Bugis ini, dengan menggunakan semiotika Roland Barthes, mulai dari tahap denotasi, konotasi dan mitos.
Interaksi Simbolik dimaknai sebagai pertukaran makna antara kedua mempelai serta masing – masing keluarga pengantin kepada sang Pencipta. Melalui studi semiotika, penulis mendapatkan makna dari semua unsur – unsur yang terdapat pada upacara pernikahan adat Bugis. Bahasa, gesture, perlengkapan upacara, dan waktu pelaksanaan upacara pernikahan adat Bugis.
Dari simbol - simbol yang ditampilkan diatas menunjukkan bahwa upacara pernikahan adat Bugis mampu memberikan pesan - pesan yang proaktif dan mengundang banyak pertanyaan serta pernyataan di kalangan masyarakat Bugis lewat simbol - simbol pada tiap prosesinya, simbol - simbol tersebut dalam semiotika disebut sebagai tanda.
Dalam penelitian ini secara keseluruhan penulis mampu merangkum hasil penelitian yang sudah didapat bahwa upacara pernikahan adat Bugis mengandung makna dan simbol – simbol yang tersirat yang dapat dimaknai sebagai sekumpulan doa yang dipanjatkan melalui beberapa tahapan prosesi upacara pernikahan adat Bugis.
Dalam upacara pernikahan adat Bugis, yang menjadi objek penelitian banyak menyampaikan pesan secara tersirat, mulai penyampaian simbol - simbol yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Bugis, hingga pesan non verbal yang dikaitkan dengan tahapan prosesi upacara pernikahan adat Bugis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam upacara pernikahan adat Bugis, terdapat simbol – simbol yang dapat kita maknai dengan menggunakan semiotika Roland Barthes. Simbol – simbol tersebut terdapat pada setiap prosesi upacara pernikahan adat Bugis.
Masyarakat Bugis memiliki kebudayaan berupa adat istiadat yang perlu di pertahankan di zaan modern seperti sekarang ini. Dari hasil penelitian, peneliti menyebutkan bahwa dalam prosesi upacara pernikahan adat Bugis terjadi prosesi yang sacral dan sarat akan nilai – nilai agama islam di dalamnya. Dan berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyebutkan bahwa semua simbol – simbol yang ada dlam upacara pernikahan adat Bugis sangat penting karena berisikan pesan, doa dan permohonan untuk kelangsungan kehidupan baru kedua mempelai.
1. Prosesi perkawinan adat dalam masyarakat Bugis cenderung mengalami pergeseran yang dapat berakibat kaburnya nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya, oleh karenanya diharapkan pada masa ini dan akan datang prosesi perkawinan adat terus dipertahankan dan mengalami penyempurnaan.
2. Dalam pembinaan rumah tangga yang bahagia lahir batin, maka pemahaman tentang tata krama berumah tangga seperti yang telah disimbolkan pada perangkat dan tata cara perkawinan adat Bugis, diharapkan sebagai cikal bakal terbentuknya suatu pola pikir kerukunan bermasyarakat dan berbangsa.