PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG PADA UNIT
PERTAMBANGAN PT BUKIT ASAM Tbk, TANJUNG ENIM
KERJA PRAKTIK
INTRODUCTION
Faculty of Civil Engineering and Planning
Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km 14.5 Yogyakarta
Telp : 0274 – 896440, 898585, 898583 ext : 3210
Fax : 0274-895330
Email: environment@uii.ac.id
Nama : Raudatun Jana
NIM : 17513121
Semester : VI (Enam)
Jurusan : Teknik Lingkungan
Alamat : Jl. Ali Patan No 074, Prabumulih Utara,
Sumatera Selatan.
Nomor ponsel: 081225539935
Alamat e-mail: raudatunjana@gmail.com
Mahasiswa 1
Nama : Dwi Septari
NIM : 17513189
Semester : VI (Enam)
Jurusan : Teknik Lingkungan
Alamat : Btn Air Paku Blok Y, Tanjung Enim Selatan,
Sumatera Selatan.
Nomor ponsel: 0895341843077
Alamat e-mail: dwiseptari42@gmail.com
Mahasiswa 2
Nama Perusahaan : PT. Bukit Asam Tbk.
Alamat Perusahaan : Jl. Parigi No.1 ,
Tanjung Enim, Sumatra Selatan
Nomor Telepon : (02734) 451096
Nomor Fax : (0734) 451095
Alamat Email : bukitasam.co.id
Website : www.ptba.co.id
Bidang usaha : Pertambangan Batubara
VISI
Perusahaan energy kelas dunia
yang peduli lingkungan
MISI
VISI MISI
Mengelola Sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi perusahaan dibuat untuk meningkatkan kinerja dari setiap divisi penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi yang optimal maka diharapkan mampu mendukung pencapaian target di setiap tahunnya.
STRUKTUR ORGANISASI
SATUAN KERJA LINGKUNGAN
SATUAN KERJA
Bukit Asam Environmental Excellence (BASEE) merupakan upaya kinerja unggul pengelolaan lingkungan, yang meliputi sistem manajemen lingkungan yang terintegrasi dalam Sistem Manajemen Bukit Asam (SMBA), Good Mining Practice, Taman Hutan Raya Enim (TAHURA ENIM) dan pemberdayaan masyarakat.
Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit 3 dan Pit 1 yang terbagi menjadi Pit 1 Barat, Pit 1 Timur, Pit 3 Barat dan Pit 3 Timur dengan luas WIUP 4500 Ha.
Tambang Banko Barat
Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di KP PTB yang dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara berkesinambungan (continous mining) dengan menggunakan Bucket wheel Excavator dan conventional mining (Shovel and Truck) dengan menggunakan backhoe dan dump truck.
Tambang Air Laya
Tambang Muara Tiga Besar (MTB), merupakan tambang yang dioperasikan dengan menggunakan metode penambangan konvensional (Shovel and Truck) yang dikerjakan oleh pihak ketiga yaitu PT. Pama Persada Nusantara dan dengan continuos mining (Bucket wheel Excavator). Di MTB ada dua wilayah penambangan yaitu Muara Tiga Besar Utara (MTBU) dan Muara tiga Besar Selatan (MTBS).
Tambang Muara Tiga Besar
Kegiatan penambangan menghasilkan limbah yaitu air asam tambang, maka dari itu perlu dilakukan pengolahan AAT dengan mengacu kepada peraturan peraturan yang ada.
1. Untuk mempelajari sistem pengolahan air asam tambang pada unit pertambangan PT. Bukit Asam Tbk.
2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja berbagai jenis sistem pengolahan limbah air asam tambang yang diterapkan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk.
1. Parameter yang akan diuji yaitu pH, TSS, Fe, dan Mn berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No 8 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik, dan Pertambangan Batubara.
2. Lokasi kegiatan Kerja Praktik akan dilaksanakan di wilayah penambangan Tambang Air Laya (TAL) dan Tambang Banko Barat pada PT. Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
3. Lokasi pengamatan pengolahan limbah air asam tambang hanya dilakukan pada 3 unit pengolahan yaitu, kolam pengendap lumpur Stockpile 1, kolam pengendap lumpur AL-14 (Taman), dan kolam pengendap lumpur Banko Barat 04.
AIR ASAM TAMBANG
PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG
1) pH rendah
2) Konsentrasi logam terlarut tinggi
3) Nilai keasaman : 50-15.000 mg/L dan
4) DO (Dissolved Oxygen) rendah
5) TSS (Total Suspended Solid) tinggi
Biota perairan adalah seluruh mahkluk hidup yang hidup di perairan. Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos. Kehadiran benthos dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos akan mengalami kelimpahan, sebaliknya pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan mampu bertahan hidup. Kondisi pH air asam tambang yang rendah dapat langsung mengakibatkan kematian ikan. Akibat bereaksinya besi dan alumunium dengan insang (terjadinya penyumbatan insang oleh garam-garam besi dan alumunium).
Biota Perairaan
Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan ke sungai atau ke laut telah dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan 1x seminggu menggunakan alat “water quality checker” (untuk mengetahui temperature, kekeruhan, pH, dan salinity). Hasil pemantauan disesuaikan dengan baku mutu air sungai dan air laut namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk menjadi terganggu. Kemungkinan dampak terhadap manusia yaitu meningkatnya jenis-jenis nyamuk tertentu, nyamuk mencari tempat yang asam untuk bertelur dan menetaskannya.
Masyarakat
Kualitas air tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau bebatuan dibawah permukaan tanah. Adapun dampak air asam tambang terhadap kualitas air tanah yaitu:
a. Akibat kelebihan unsur hara mikronya seperti H2S, Al3+, Fe3+, Mn2+ dan H+ dapat menyebabkan keracunan pada tanaman sehingga tanaman menjadi layu.
b. Kekurangan unsur basa : Ca, Mg dan K.
c. Bakteri atau Virus (pathogen) meningkat.
d. Sedangkan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman seperti fosfor, magnesium, kalsium sangat kurang.
Air asam tambang juga berdampak negatif terhadap bangunan diantaranya yaitu:
a. Bahan bangunan dari besi dan alumunium sangat mudah korosi pada kondisi asam.
b. Bangunan semen atau beton mudah rusak pada kondisi asam.
c. Dapat terjadi penyumbatan aquifer atau sumur akibat pengendapan besi (besi oksida).
Bangunan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003 Tentang Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara.
KEPMEN LH
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003 Tentang Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara.
Tabel baku mutu
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 8 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik, dan Pertambangan Batubara.
PERATURAN GUBERNUR
Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara
PERTAMBANGAN BATUBARA
Baku Mutu Air Limbah Pencucian Batubara
PENCUCIAN BATUBARA
pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air yang biasa digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
TSS
TSS (Total Suspended Solid) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) tidak lebih dari 0,3 mg/liter (Rump dan Krist, 1992).
Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 – 0,2 mg/liter (Boyd, 1988)
Kadar Fe
Kadar mangan pada perairan alami terdapat 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar lebih besar terdapat pada air dalam tanah dan pada danau yang dalam. Perairan yang asam dapat mengandung mangan sekitar 10 – 150 mg/liter. (McNeely et al, 1979).
Kadar Mn
Salah satu pencegahan pembentukan air asam tambang adalah dengan pembangunan lapisan penutup material reaktif.
Wetland
Salah satu pengolahan air asam tambang secara pasif yaitu dengan metode wetland (lahan basah). Pada teknik ini substrat tumbuhan air dan mikroba memegang peranan penting. Substrat dari berbagai jenis bahan organik dapat menghambat oksidasi pyrite melalui mekanisme :
a. Konsumsi oksigen oleh bakteri
b. Pengambilan Fe3+ dari larutan melalui kompleksi dan
c. Pembentukan kompleks pyrite - Fe3+ - humat.
Floating sytem merupakan teknik pengolahan air asam tambang untuk menurunkan kadar logam berat yang terakumulasi dalam air asam tambang. Floating system menggunakan tumbuhan mengapung (floating plant) karena tingkat pertumbuhan yang tinggi dan kemampuan untuk langsung menyerap unsur hara dari kolom air. Akar menjadi tempat filtrasi dan adsorpsi padatan tersuspensi dan sebagai media tumbuh mikroba yang berperan sebagai penghilang unsur-unsur hara dari kolom air. Floating system dirancang untuk media tanam bagi tanaman untuk bisa tumbuh dan berkembang. Metode floating system mampu menampung tanah sebagai media tumbuh sehingga tanaman mampu tumbuh normal.
Floating System
KOLAM PENGENDAP LUMPUR
Pengolahan AAT di PT Bukit Asam Tbk
KPL Stockpile 1 (2004) yang terletak di TAL. Luas KPL 3,7 Ha dengan kapastias 35.000 m3 dari area tangkapan sebesar 34 Ha.
KPL Stockpile 1
Area tangkapan KPL Stockpile 1 seluas 34 Ha yang berasal sumber yang di tampung dari KPL ini berasal dari air limpasan Stockpile 1.
Sumber
Active Treatment di KPL Stockpile 1 penggunakan kolam pengapuran dan pH adjuster
Active Treatment
Passive treatment
Wetland dan Floating system
TERATAI
Tanaman teratai tumbuh di permukaan air yang tenang. Daun teratai tumbuh mengambang di permukaan air, berbentuk oval lebar yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air. Tangkai teratai terdapat di tengah-tengah daun. Bunga teratai tumbuh pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Dengan diameter bunga antara 5-10 cm. Tanaman teratai mampu menurunkan kadar kekeruhan dan meremoval logam berat.
Tanaman kiambang dapat digunakan untuk menyerap unsur-unsur toksis pada air limbah dengan menyerap unsur-unsur hara yang larut dalam air melalui akar-akarnya, jenis hiperakumulator logam, tumbuhan potensial wetland untuk air yang tercemar logam berat, polutan bahan organik, dan inorganic, pemanfaatan biomassa (kompos) (Fatmawati, 2013). Selain itu, tanaman ini mampu menurunkan partikel tersuspensi secara biokimiawi (berlangsung lambat) dan mampu menyerap logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, dan Zn.
KIAMBANG
KIAPU
Kiapu merupakan tumbuhan dari family talas-talasan, dengan daun berwarna hijau atau hijau kebiruan dan berubah kekuningan saat tua dengan ujung membulat dan pangkal agak meruncing. Ukuran daun memiliki panjang sekitar 2-10 cm dengan lebar antara 2-6 cm. Tepi daun berlekuk-lekuk dan memiliki rambut tebal yang lembut pada permukaannya. Tanaman ini memiliki akar panjang (hingga 80 cm) yang berwarna putih dan menggantung dengan dikelilingi gelembung udara untuk daya apung. Bunga bertipe yang muncul di ketiak daun dengan warna putih, berukuran sekitar 1 cm. Menurut penelitian (Nurlina, 2016) kiapu dapat digunakan untuk menyerap pencemaran bahan radioaktif dan logam berat, antara lain adalah logam Fe, dengan waktu efektif penyerapan 7 hari.
Tanaman Typha latifolia dapat ditemukan di rawa dan wetland yang terdapat di hampir setiap benua. Tumbuhan Typha latifolia adalah salah satu tumbuhan yang dapat hidup pada kondisi wetland. Tumbuhan ini banyak kita jumpai pada daerah tropis dan biasanya Typha latifolia tumbuh berkelompok pada daerah yang tergenang air. Tumbuhan Typha latifolia memiliki daya tahan yang tinggi terhadap perubahan cuaca dan kondisi lingkungan lainnya. Tumbuhan Typha latifolia dapat digolongkan kepada jenis tumbuhan hiperakumulator. Kemampuan tumbuhan Typha latifolia dalam menyerap logam yang begitu besar menjadikan tumbuhan ini digunakan sebagai alternatif dalam menyerap limbah logam. Tanah yang paling baik tumbuhnya Typha latifolia adalah hydric soil yang merupakan tanah yang selalu tergenang dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan Typha latifolia membutuhkan air yang banyak untuk mendukung pertumbuhannya (Irhamni, dkk. 2017).
TYPHA
Tanaman eceng gondok merupakan tanaman perennial hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 cm dan tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkal daunnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Pertulangan daun melengkung. Menurut Patandungan et al 2010, walaupun tanaman eceng gondok dianggap sebagai gulma perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Walaupun enceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan enceng gondok oleh peneliti antara lain dalam waktu 24 jam enceng gondok mampu menyerap logam cadmium, merkuri, nikel, dan logam kromium.Diantara 3 tumbuhan air yang dicobakan, Eichhornia crassipes merupakan tumbuhan yang paling mampu menurunkan kadar Cr air limbah batik, diikuti Pistia stratiotes dan Hydrilla verticillata dengan persentase penurunan secara berturut-turut: 49,56%, 33,61% dan 10,84% (Upit, Asrul, dan Nuning. 2011).
ECENG GONDOK
MELATI AIR
Melati air (Echinodarus paleotolius) merupakan tanaman hias yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik. Melati air mampu menyerap berbagai zat yang terkandung di dalam air, baik terlarut maupun tersuspensi. Jumlah nitrat yang tinggi dalam perairan dapat direduksi dengan pemanfaatan tanaman melati air. Jumlah nitrat yang tinggi dalam perairan dapat direduksi dengan pemanfaatan tanaman melati air (Suharjo, 2008). Tanaman Melati Air (Echinodorus paleafolius) diketahui dapat digunakan sebagai alternatif metode fitoremediasi limbah cair. Karena tanaman ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas limbah cair rumah tangga. Hal ini memungkinkan karena di dalam tubuh tanaman air berlangsung suatu mekanisme yang dapat mempengaruhi bahan-bahan yang terkandung di dalam limbah cair rumah tangga.
AKAR WANGI
Tanaman akar wangi memiliki batang yang tumbuh dari bawah tanah. Menurut Patandungan et al (2010), tanaman akar wangi mempunyai kemampuan dalam mengurangi pencemran cadmium dan logam berat lainnya. Logam berat yang terserap oleh akar tanaman akar wangi akan membentuk senyawa kompleks dengn unsur dan senyawa lainnya.
Lonkida (Nauclea orientalis L.) merupakan salah satu jenis pohon tropis yang multiguna, yaitu sebagai penghasil kayu untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan, bahan obat serta sebagai tanaman untuk agroforestry, fitoremediasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi khususnya lahan basah. Jenis ini memiliki kisaran habitat yang luas, baik di ekosistem lahan basah diantaranya rawa, gambut dan hutan sepanjang aliran sungai, maupun di lahan kering seperti savanah dan padang rumput. Selain itu jenis ini juga ditemukan mulai dari wilayah pantai sampai pada ketinggian 1400 mdpl. Longkida juga merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam rehabilitasi lahan yang tergenang air, namun dengan ketersediaan benih yang masih terbatas menyebabkan bibit longkida masih sulit diperoleh. Kegunaan lain yang tidak kalah penting adalah sebagai penahan erosi pada daerah sekitar sungai, sebagai tanaman reklamasi, dan juga tanaman hias.
POHON LONGKIDA
KPL BB-04 / WETLAND
KPL BB-04 (2004). Luas KPL sebesar 3,4 Ha dengan kapasitas 48.000 m3. KPL ini terletak di area Tambang Bangko Barat PT. Bukit Asam Tbk
KPL BB-04
KPL BB-04 memiliki area tangkapan sebesar 134 Ha. KPL BB-04 terdiri dari 6 kompartemen yang masing-masing memiliki kedalaman ± 3 meter. Area tangkapan atau sumber AAT yang ditampung dalam KPL ini bersumber dari galian di PIT 3 Barat dan Timur. Namun, mulai tahun 2017 semua PIT 3 Barat dan PIT 3 Timur sudah di backfilling dan sudah dilakukan penghijauan merata di daerah sekitar, sehingga sumber yang masuk ke inlet hanya cakupan air hujan dari timbunan sekitar PIT 3 Barat dan Timur.
SUMBER
Metode yang digunakan adalah metode dimana menggunakan tanaman untuk mendegradasi logam berat dan menaikkan kadar pH dalam air asam tambang. Treatment ini lebih sederhana dan tidak memerlukan biaya yang besar karena hanya perlu menambahkan tanaman seperti tiva dan purun tikus dalam kolam alami yang sudah terisi dengan tanaman alam sekitar.
METODE
KPL AL-14 / KPL TAMAN
KPL AL-14 ini dibuat tahun 2017 yang terletak di koordinat X 265.824.000 atau LS : 03o45’53,67’’ dan Y 9.583.764.000 atau BT : 103o46’57,68’’
KPL AL-14
Area tangkapan atau sumber AAT yang ditampung dalam KPL ini awalnya bersumber dari galian . Namun, setelah di backfilling dan sudah dilakukan penghijauan merata di daerah sekitar, sehingga sumber yang masuk ke inlet hanya cakupan air hujan dari timbunan dan perumahan sekitar KPL.
SUMBER
KPL AL-14 dirancang dengan metode aktif dimana metode ini menggunakan bahan kimia untuk menetralisasi dan koagulasi, bahan kimia yang biasa di gunakan antaranya NaOH (Natrium Hidroksida), CaO (Kalsium Oksida) atau kapur tohor, dan kuriflock.
METODE
Kualitas Outlet KPL salah satunya dapat di lihat dari pengukuran parameter air
KUALITAS OUTLET KPL
Derajat Keasaman / Potential Hydrogen (pH)
pH
Berdasarkan SNI 06-6989 No 11 tahun 2019 Tentang Cara uji derajat keasaman/ pH dengan menggunakan alat pH meter
Tabel data parameter pH 3 KPL
Sumber : Satker Pengawasan Lingkungan PTBA, 2020
SNI
• Bahan :
1. Larutan penyangga (buffer)
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat juga dibuat dengan cara sebagai berikut:
2. Larutan penyangga, pH 4,004 (250C)
Timbangkan 10,12 g kalium hidrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
3. Larutan penyangga, pH 6,863 (250C)
Timbangkan 3,387 g kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533 g dinatrium hidrogen fosfat, Na2HPO4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
4. Larutan penyangga, pH 10,014 (250C)
Timbangkan 2,092 g natrium hidrogen karbonat, NaHCO3 dan 2,640 g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000 mL air suling.
• Peralatan
1. pH meter dengan perlengkapannya;
2. pengaduk gelas atau magnetik;
3. gelas piala 250 mL;
4. kertas tissue;
5. timbangan analitik; dan
6. termometer.
Persiapan pengujian
• Persiapan pengujian
1. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
2. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.
• Prosedur
1. Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
2. Bilas elektroda dengan contoh uji.
3. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.
4. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
Prosedur
Residu Tersuspensi / Total Suspended Solid
TSS
Pengujian Padatan Tersuspensi Total (TSS) berdasarkan SNI 06-6989 No 3 tahun 2019 dengan menggunakan metode gravimetri
Kadar Besi / Fe
Fe
Berdasarkan SNI 06-6989 No 11 tahun 2009 dijelaskan cara uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom
• Bahan
1. air suling
2. asam nitrat, HNO3
3. larutan standar logam besi, Fe; dan
4. gas asetilen, C2H2
• Peralatan
1. SSA
2. lampu holow katoda Fe
3. gelas piala 250 mL
4. pipet ukur 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL; 40 mL dan 60 mL
5. labu ukur 100 mL
6. corong gelas
7. pemanas listrik
8. kertas saring whatman 40, dengan ukuran pori θ 0.42 µ m; dan
9. labu semprot
SNI
• Persiapan dan pengawetan contoh uji
Bila contoh tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 sampai pH < 2 dengan waktu penyimpanan maksimum 6 bulan.
• Persiapan pengujian
a. Persiapan contoh uji
1. Masukkan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen kedalam gelas piala.
2. Tambahkan 5 mL asam nitrat.
3. Panaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh hampir kering.
4. Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur 100 mL melalui kertassaring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling.
b. Pembuatan larutan baku logam besi, Fe 100 mg/L
1. Pipet 10 mL larutan induk logam besi, Fe 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas.
c. Pembuatan larutan kerja logam besi, Fe
1. Pipet 0 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL; 40 mL dan 60 mL larutan baku besi, Fe 10 mg/L masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasilogam besi 0,0 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0 mg/L; 4,0 mg/L dan 6,0 mg/L.
PERSIAPAN
PROSEDUR
Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi
1. Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.
2. Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,3 nm.
3. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
4. Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah di persiapkan.
• Perhitungan
Kosentrasi logam besi, Fe (mg/L) = C x fp
Dengan pengertian:
C adalah konsentrasi yang didapat hasil pengukuran (mg/L)
fp adalah faktor pengenceran
Persen temu balik (% recovery, %)
dengan pengertian:
A adalah kadar contoh uji yang di spike
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike
C adalah kadar standar yang diperoleh (target value).
Kadar Mangan / Mn
Mn
Berdasarkan SNI 06-6989.05-2009 Cara Uji Mangan (Mn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom.
• Bahan
1. air suling;
2. asam nitrat, HNO3;
3. larutan standar mangan, Mn; dan
4. gas asetilen, C2H2.
• Peralatan
1. SSA;
2. lampu holow katoda Mn;
3. gelas piala 250 mL;
4. pipet ukur 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL; dan 40 mL;
5. labu ukur 100 mL;
6. corong gelas;
7. pemanas listrik;
8. kertas saring whatman 40, dengan ukuran pori θ 0.42 µm; dan
9. labu semprot.
SNI
PERSIAPAN
• Persiapan dan pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 p sampai pH kurang dari 2 dengan waktu penyimpanan maksimal 6 bulan.
• Persiapan pengujian
a. Persiapan contoh uji
1. Masukkan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam gelas piala.
2. Tambahkan 5 mL asam nitrat.
3. Panaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh uji hampir kering.
4. Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur 100 mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling.
b. Pembuatan larutan baku logam mangan, Mn 100 mg/L
1. Pipet 10 mL larutan induk logam mangan, Mn 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
c. Pembuatan larutan baku logam mangan, Mn 10 mg/L
1. Pipet 50 mL larutan standar mangan, Mn 100 mg/L ke dalam labu ukur 500 mL.
2. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
d. Pembuatan larutan kerja logam mangan, Mn
1. Pipet 0 mL; 1 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL; dan 40 mL larutan baku mangan, Mn 10 mg/L masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam besi 0,0 mg/L; 0,1 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0 mg/L dan 4,0 mg/L.
• Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi
1. Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.
2. Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 279,5 nm.
3. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
4. Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah di persiapkan.
• Perhitungan
Konsentrasi logam mangan, Mn Mn (mg/L) = C x fp
C adalah konsentrasi yang didapat hasil pengukuran (mg/L);
fp adalah faktor pengenceran.
Persen temu balik (% recovery, %)
A adalah kadar contoh uji yang di spike
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike
C adalah kadar standar yang diperoleh (target value).
PROSEDUR
Kolam ini menampung air yang berasal dari cekungan galian pertambangan (pit) atau air yang berasal dari limpasan air hujan dari lokasi penyimpanan (stockpile) batubara. Selain sebagai kolam penampungan, KPL berfungsi sebagai kolam pengendapan partikel-partikel padar tersuspensi yang ikut bersamaan air dari lokasi penambangan.
Perancangan kolam pengendapan dilakukan sesuai dengan debit air yang akan dilakukan pengendapan. Perancangan KPL dari segi geometri harus dapat menampung debit air yang masuk dari lokasi penambangan. Sedangkan peracangan dari segi operasinal dapat menjamin partikel-partikel padatan mempunyai waktu yang cukup untuk mengendap serta mudah untuk dibersihkan secara berkala dari lumpur yang mengendap.
Kompartemen kolam pengendapan lumpur diharapkan dapat bekerja dengan baik sehingga outlet dari kompartemen menghasilkan air yang bersih dari partikel padatan tersuspensi, sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atas badan air penerima. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari partikel padatan tersuspensi yang terbawa bersama air.
KPL
1. Pengolahan AAT di PT Bukit Asam Tbk menggunakan metode aktif dan metode pasif serta metode gabungan sesuai dengan kriteria lahan yang ada di sekitar pertambangan.
2. Perbandingan kinerja tiap KPL dilihat dari pengukuran parameter dan output air olahan :
KPL Stockpile 1 : stabil dalam mendegradasi parameter.
KPL BB-04 (Wetland) : rendah dalam mendegradasi pH.
KPL AL-14 (Taman) : rendah dalam mendegradasi TSS.
1. Pengolahan air asam tambang sebaiknya dilakukan secara terpadu dengan menggabungkan metode active treatment dan metode passive treatment, sehingga pengolahan bekerja dengan efisien dan optimal
2. masing-masing kompartemen tetap terjaga. Kinerja dari masing-masing kompartemen dapat lebih optimal. Sehingga dapat menghasilkan outlet yang baik sesuai dengan baku mutu.
3. Kegiatan kontroling dilakukan dengan tersistem, seperti 3x sehari atau per jam. Sehingga diperlukan petugas yang berjaga untuk pemberian kapur tohor, tawas, cairan NaOH dan kuriflock secara berkala. Hal ini dapat menjaga kondisi outlet yang dikeluarkan ke badan sungai tetap sesuai dengan baku mutu