Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Kelompok 3
Kjokkenmoddinger atau disebut juga sebagai midden adalah salah satu hasil kebudayaan manusia purba paling terkenal pada Zaman Mesolitikum. Kata kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding yang artinya sampah. Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang yang menggunung dan tingginya bisa mencapai 7 meter. Di Indonesia, lokasi peninggalan ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, antara Langsa di Aceh hingga Medan. Diduga, kjokkenmoddinger telah menumpuk dari generasi ke generasi karena masyarakatnya mulai menetap di sekitar pantai pada goa-goa yang disebut sebagai abris sous roche.
Berikut ini merupakan gambar kjokkenmoddinger
Ketika pertama kali ditemukan, para ahli geologi mengira bahwa kjokkenmoddinger adalah suatu lapisan bumi yang istimewa. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tumpukan kerang tersebut adalah sisa sampah dapur manusia purba. Kjokkenmoddinger terdiri dari tumpukan kerang yang sama sekali tidak bercampur dengan pasir ataupun tanah di sekitarnya. Bahkan kerang-kerangnya sebagian telah menjadi fosil dan merekat menjadi satu membentuk tumpukan yang sangat padat. Penemuan kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup di zaman ini memiliki kecenderungan tinggal di pinggir pantai. Oleh karena itu, kerang dan siput menjadi sumber daya yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kulit-kulit kerang dan siput yang menumpuk selama bertahun-tahun, atau mungkin ribuan tahun, akhirnya menjadi bukit yang disebut sebagai kjokkenmoddinger.
Kerang merupakan salah satu sumber makanan bagi manusia purba yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan atau pesisir. Selain itu, kulit kerang juga dimanfaatkan untuk membuat berbagai peralatan, perhiasan, hingga alat tukar. Beberapa peralatan yang ditemukan di sekitar kjokkenmoddinger antara lain pebble (kapak genggam sederhana yang berbentuk seperti piringan), batu pipisan beserta landasannya sebagai alat penggiling/penghalus, dan lainnya. Fungsi utama dari kjokkenmoddinger adalah sebagai sumber informasi bagi peneliti untuk mengetahui jenis makanan apa yang dikonsumsi manusia pada masa lalu dan jenis alat-alat yang mereka pakai.
Pada 1925, Von Stein Callenfels melakukan penelitian di lokasi kjokkenmoddinger dan berhasil menemukan beberapa benda peninggalan, di antaranya:
Kapak genggam yang ditemukan ini berbeda dari kapak genggam dari Zaman Paleolitikum atau yang disebut chopper. Kapak genggam yang ada di kjokkenmoddinger Sumatera Timur diberi nama pebble atau Kapak Sumatra. Pebble diketahui terbuat dari batu kali yang pecah, dengan sisi luarnya dibiarkan dan sisi dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan.
Berikut merupakan gambar kapak genggam
Selain pebble, ditemukan pula kapak pendek yang sangat aneh dan hanya ditemukan pada Zaman Mesolitikum. Kapak pendek berbentuk setengah lingkaran ini disebut hachecourt, di mana pada bagian lengkungnya sangat tajam.
Berikut merupakan gambar kapak pendek
Batu pipisan umumnya digunakan untuk menumbuk, menggiling, atau menghaluskan sesuatu. Batu pipisan yang ditemukan di kjokkenmoddinger tidak hanya dipakai untuk menggiling makanan, tetapi juga sebagai penghalus cat merah. Cat merah tersebut diduga digunakan untuk ritual yang berhubungan dengan keagamaan. Selain hasil kebudayaan Zaman Mesolitikum, dari kjokkenmoddinger ditemukan juga tulang belulang dan pecahan tengkorak serta gigi.
Berikut merupakan gambar
batu pipisan