Introducing 

Prezi AI.

Your new presentation assistant.

Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.

Loading content…
Loading…
Transcript

STORY TITLE

COMPANY NAME

PERSEMAIAN

Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar bedengan

pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

ACT 1

PENGOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah. Dua minggu sebelum pengolahan tanah taburkan bahan organik secara merata di atas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha.

ACT 2

PENANAMAN

Tanam bibit muda <21 HSS (hari setelah sebar), sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem jejer tegel (Tabel 2). Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong (legowo 4 : 1). Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.

ACT 3

PENGAIRAN BERSELANG

Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Tujuan pengairan berselang adalah:

a. Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi, lebih luas

b. Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak.

c. Mencegah timbulnya keracunan besi.

d. Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.

e. Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah) yang bermanfaat.

f. Mengurangi kerebahan

g. Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).

h. Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen

i. Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)

j. Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.

Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sejak 10 -15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.

PEMUPUKAN

Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan Urea sekitar 200 kg, SP-36 sebanyak 75 kg dan KCL sebanyak 75 kg. Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya. Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Pupuk awal N diberikan pada umur padi sebelum 14 hst ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 5075 kg urea/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha.

PENGENDALIAN GULMA

Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.

ROUGING

a.Pengertian dan tujuan roguing

Roguing merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan dalam menghilangkan atau mengambil tanaman yang tidak dikehendaki atau budidaya penangkaran benih padi. Roguing adalah kegiatan yang berbeda atau varietas lain yang masih di areal memiliki ciri- ciri pertanaman. Tujuan dilakukan roguing dalam budidaya penangkaran benih padi adalah untuk menjaga kemurnian dan mutu genetik varietas yang dibudidayakan.

b. Proses pelaksanaan roguing

Roguing dilakukan 3 kali, yaitu sebelum pemeriksaan fase vegetatif, fase generatif dan sebelum / pemeriksaan menjelang panen, sehingga tidak terlalu banyak varietas lain yang tumbuh di areal pertanaman.

1) Roguing pertama

Pada roguing pertama dilakukan setelah tanaman berumur 30-50 hari setelah tanam. Pada roguing tahap pertama ini, yaitu dengan melihat kaki pada tanaman padi apabila bentuk ukuran dan warna kaki tanaman padi berbeda maka padi itu harus dibuang

2) Roguing kedua

Roguing tahap kedua dilakukan dengan melihat lebar, bentuk daun yang berbeda. Maka apabila tanaman padi yang daunnya berbeda maka harus dibuang. Roguing kedua harus dilakukan pada tanaman berumur 60-70 hari setelah tanam.

3) Roguing ketiga

Roguing tahap ketiga dilakukan pada padi berumur 90-100 hari atau sebelum dilakukan pemanenan. Pada roguing ketiga melihat dari tinggi tanaman, daun bendera serta bentuk dan warna bulir padi, jika ada tanaman yang berbeda maka harus dibuang.

PANEN DAN PENJEMURAN

Title

a.Pengertian

Panen adalah pemungutan (pemetikan hasil sawah atau ladang Istilah ini paling umum digunakan dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di sebuah lahan

b. Tujuan

Menurut direktorat jendral tanaman pangan dan hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin.

Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat. Cara panen yang kurang baik akan menurunkan hasil secara kuantitatif. Sedangkan jika panennya dengan tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras.

Panen beras dilakukan bila bulir padi sudah dianggap masak. Dalam rangka panen perlu diketahui fase - fase pemasakan bulir padi.

Proses pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak, yaitu:

1) Stadia masak susu

Tanda-tandanya adalah tanaman padi masih berwarna hijau tetapi malai malainya sudah terkulai, ruas batang bawahnya kelihatan kuning, gabah jika dipijit dengan kuku akan keluar cairan putih seperti susu. Biasanya stadia masak susu terjadi pada saat 10 hari setelah fase berbunga merata.

2) Stadia masak kuning

Tanda-tandanya adalah seluruh tanaman tampak kuning, dari semua bagian tanaman hanya bulu-bulu sebelah atas yang masih hijau. Isi gabah sudah keras tetapimudah dipecah dengan kuku. Masa ini terjadi 7 hari setelah stadia masak susu.

3) Stadia masak penuh

Tanda tandanya buku sebelah atas berwarna kuning sedangkan batang batangnya kering, isi gabah tidak dapat atau sukat dipecahkan. Pada varietas varietas yang mudah rontok stadia ini belum terjadi perontokan. Stadia ini terjadi 7 hari setelah masak kuning.

4) Stadia masak padi

Tanda-tandanya isi gabah keras dan kuning, stadia ini terjadi setelah 6 hari dari stadia masak penuh. Saat panen untuk gabah konsumsi sebaiknya dilakukan pada stadia masak kuning apabila untuk benih sebaiknya dilakukan pada stadia masak penuh.

Learn more about creating dynamic, engaging presentations with Prezi