Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Adapun yang dimaksud dengan Asuransi syariah atau Asuransi takaful yaitu berasal dari bahasa arab yang artinya saling menanggung atau menaggung bersama. Istilah asuransi syariah atau takaful adalah pengaturan risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong (symbiosis mutualisme) yang melibatkan peserta asuransi dan pengelola, serta berdasarkan pada ketentuan Al-Qur`an dan sunah.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi yaitu adanya:
1) Pihak tertanggung;
2) Pihak penanggung;
3) Akad atau perjanjian asuransi;
4) Pembayaran iuran (premi);
5) Kerugian, kerusakan atau kehilangan (yang diderita tertanggung);
6) Peristiwa yang tidak bisa diprediksi.
Perusahaan asuransi yang pertama kali berdiri di Indonesia diprakarsai oleh pemerintah Hindia Belanda bergerak di bidang asuransi sektor perkebunan yang bernama Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatscappij pada tahun 1843. Asuransi tersebut mencakup segala risiko yang diakibatkan oleh kebakaran dan risiko kecelakaan pada saat pengangkutan hasil perkebunan. Kemudian melalui Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful Indonesia) pada tanggal 24 Februari 1994 yang diresmikan oleh Menristek/Kepala BPPT BJ Habibie sebagai perusahan perintis pengembangan asuransi syariah yang pertama di Indonesia.
Hukum asuransi menurut para hufaqah ada golongan ulama ikih yang menyatakan hukum asuransi itu mubah, sementara golongan yang lain menyatakan Haram. Alasannya adalah karena pertimbangan adanya aspek riba dan gharar (transaksi bisnis yang mengandung ketidakpastian). Para ahli ikih klasik, tidak ada yang membahas tentang persoalan asuransi. Sehingga tidak ditemukan dalil yang melarang praktik asuransi. Hal itulah kemudian yang menjadi alasan golongan ulama ikih membolehkan asuransi karena berpegang pada kaidah ushul ifikih.
Imam Hanai menyebutkan bahwa rukun asuransi hanya ada satu yaitu ijab dan kabul. Sedangkan menurut ulama ikih yang lain, rukun asuransi adalah terdiri dari empat hal yaitu:
1) Kail;
yaitu orang yang menjamin (baligh, berakal, bebas berkehendak, tidak tercegah membelanjakan hartanya).
2) Makful lah;
yaitu orang yang berpiutang disarankan sudah dikenal oleh kail.
3) Makful ‘anhu;
yaitu orang yang berhutang.
4) Makful bih;
yaitu utang, baik barang maupun uang disyaratkan diketahui dan jumlahnya tetap.
Adapun syarat dan larangan bagi orang yang akan melaksanakan asuransi syariah adalah:
1) Baligh,
2) Berakal,
3) Bebas berkehendak (tidak dalam paksaan),
4) Tidak sah transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui (gharar) 5) Tidak sah transaksi jika mengandung unsur riba,
6) Tidak sah transaksi jika mengandung praktik perjudian (maisir).
Tujuan asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta asuransi dari kemungkinan terjadinya risiko yang tidak bisa diprediksi. Dalam hal ini, perusahaan jasa asuransi adalah perusahaan yang menjalankan amanah yang dipercayakan oleh peserta asuransi syariah, untuk mengelola amanah dalam rangka menolong meringankan musibah yang dialami peserta lain.
Prinsip prinsip Asuransi Syariah antara lain :
1. Tauhid;
2. Keadilan;
3. Ta’awun(tolong menolong);
4. Kerjasama ;
5. Amanah;
6. Kerelaan(ridla);
7. Larangan praktik riba;
8. Larangan praktik gharar (ke tidak jelasan);
9. Larangan praktik judi.
Dengan berkembangnya asuransi syariah di tengah masyarakat, maka beberapa manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan asuransi syariah adalah:
1) Merupakan cerminan dari perintah Allah Swt. dan Rasulullah Saw. untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.
2) Menumbuhkan rasa persaudaraan dan kepedulian antar sesama anggota.
3) Melindungi diri dari praktik-praktik muamalah yang tidak bersyariat.
4) Memberikan jaminan perlindungan dari risiko kerugian yang diderita oleh hanya satu pihak.
5) Eisien, dikarenakan tidak perlu lagi mengalokasikan biaya, waktu dan tenaga tersendiri untuk memberikan perlindungan diri.
6) Sharing cost, yaitu cukup hanya dengan membayar biaya dengan jumlah tertentu, dan tidak perlu membayar sendiri jumlah biaya kerugian yang timbul karena sesuatu yang tidak bisa diprediksi.
7) Menabung, karena premi yang dibayarkan kepada pihak asuransi, pada saat jatuh tempo akad selesai, maka uang tersebut akan dikembalikan kepada peserta asuransi.
Bank berasal dari bahasa Perancis dari kata
bangue dan bahasa Italia dari kata banco yang artinya adalah peti, bangku atau lemari. Lemari atau peti merupakan simbol untuk menjelaskan fungsi dasar dari bank umum yaitu tempat yang aman untuk menitipkan uang (safe keeping function); penyedia alat pembayaran untuk pembelian barang maupun jasa (transaction function). Sedangkan definisi bank syariah itu sendiri adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam.
Bank syariah yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Inisiatif pendirian bank syariah ini dimulai sejak tahun 1990 ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. MUI menyelenggarakan lokakarya tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 18-20 Agustus 1990.
Prinsip syariah adalah perjanjian yang dilandaskan pada hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan dalam bentuk kegiatan usaha atau transaksi lainnya yang dinyatakan sesuai syariah. Kegiatan usaha atau transaksi lain tersebut adalah :
a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah);
b) Pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal (musyarakah);
c) Prinsip jual beli barang untuk memperoleh keuntungan (murabahah);
d) Pembiayaan barang modal dengan sewa murni (ijarah);
e) Pemindahan hak milik barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak lain (ijarah wa iqtina).
3. Sewa-menyewa
Dalam melakukan kegiatan sewa-menyewa ini, bank syariah pun memiliki tiga skema yaitu:
1) Ijarah,
2) Ijarah mumtahiya bittamlik,
3. Jasa Pelayanan,
a) Wakalah,
b) Hawalah ,
c) Kafalah,
d) Rahn.
Kegiatan dan usaha bank syariah yaitu transaksi yang mengandung riba pada bank konvensional diupayakan, untuk ditiadakan dalam bank syariah. Adapun tiga kegiatan utama bank syariah adalah:
1. Penghimpun dana
a) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
b) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah
2. Penyaluran dana
a) Jual beli
- Jual beli dengan skema murabahah
- Jual beli dengan skema salam
- Jual beli dengan skema istishna’
b) Investasi
- Mudharabah
- Musyarakah
Hikmah bank syariah adalah Terhindar dari perbuatan riba, manfaatnya antara lain:
1) Manfaat yang pertama yang akan didapatkan oleh seorang muslim.
2) Sistem bagi hasil lebih rendah dan transparan.
3) Dana nasabah dipergunakan sesuai syariah.
4) Dana ditujukan untuk kemaslahatan umat.
Koperasi syariah memiliki tujuan pada umumnya, yaitu untuk memajukan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat luas serta membantu membentuk perekonomian Indonesia berdasarkan penerapan dari nilai-nilai yang diajarkan Islam.
1. Membantu mengembangkan dan mewujudkan sistem ekonomi nasional dengan mengutamakan ekonomi kerakyatan dan azas kekeluargaan.
2. Membantu membangun keahlian para anggota maupun masyarakat luas agar lebih sejahtera keadaan sosial ekonominya.
3. Mengembangkan kualitas sumber para anggota yang terlibat agar bisa lebih konsekuen, konsisten, amanah, profesional saat menerapkan nilai-nilai syariah Islam.
4. Membuka kesempatan lapangan pekerjaan.
5. Sebagai penghubung dua pihak yaitu penyedia dana dan yang memakai dana, agar dana yang dipinjam bisa lebih optimal dimanfaatkan.
6. Memperkokoh anggota koperasi agar makin solid dalam bekerjasama dalam upaya mengontrol operasional koperasi.
1. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
2. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
3. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif
4. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas.
5, Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif.
6. Ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness.
7. Mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas.
z
Koperasi ini memiliki landasan tertentu dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu:
1. Berlandaskan syariah Islam yaitu Al-Quran dan Assunah secara tolong-menolong “ta’wun” dan saling menguatkan “takaful”.
2. Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
3. Berlandaskan azas kekeluargaan dan kepentingan bersama.
Berikut ini terdapat beberapa usaha-usaha koperasi syariah, terdiri atas:
1. Semua kegiatan di dalam koperasi ini merupakan kegiatan usaha yang halal, baik, bermanfaat dan menguntungkan dengan sistem bagi hasil.
2. Koperasi ini harus menjalankan fungsi dan perannya sebagai badan usaha sebagaimana disebutkan dalam sertifikasi usaha koperasi.
3. Setiap usaha yang dijalankan oleh koperasi ini harus mengacu pada fatwa dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
4. Setiap usaha yang dijalankan oleh koperasi ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Penghimpunan dana :
1. Simpanan pokok
2. Simpanan wajib
3. Simpanan sukarela
4. Investasi dari pihak lain
Penyaluran dana :
1. Investasi/kerjasama
2. Jual beli (Al Bai')
3. Jasa
4. Hawalah (anjak piutang)
5. Rahn
6. Wakalah (perwakilan)
7. Kafalah (penjamin)
8. Qardh (Pinjaman Lunak)
Maslahah adalah prinsip yang dikenal dalam hukum Islam. Maslahah berarti memelihara tujuan syara’ (syariat) dan meraih manfaat serta mencegah diri dari kemudharatan. Implementasi konsep maslahah dalam kegiatan ekonomi memiliki ruang lingkup yang lebih luas jika dibandingkan bidang lain.
Sebab hal ini berbeda dengan bidang-bidang lain seperti ibadah yang bersifat dogmatik (berbasis kepercayaan). Dengan demikian, prinsip maslahah menjadi acuan dan patokan penting dalam bidang ekonomi.
Maslahah telah menjadi dasar pengembangan ekonomi Islam dalam menghadapi perubahan dan kemajuan zaman. Dengan pertimbangan maslahah, regulasi perekonomian bisa berubah dari teks nash menjadi konteks nash yang mengandung prinsip maslahah. Implementasi maslahah dalam kegiatan ekonomi dapat dijumpai dalam berbagai contoh, antara lain :
Pertama, konsep maslahah pada mekanisme pasar yaitu dilakukannya intervensi harga.
Menurut konsep maslahah, pemerintahan Islam perlu melakukan intervensi harga saat terjadi situasi dan kondisi tertentu seperti terancamnya kebutuhan masyarakat, terjadinya monopoli, pemboikotan, atau terjadinya kolusi antar penjual.
Hal ini sangat berbeda pada masa Rasulullah SAW yang melarang adanya Intervensi harga. Situasi dan kondisi saat ini sangat berbeda karena pergerakan harga yang sewaktu-waktu dapat merusak mekanisme pasar sehingga pemerintahan Islam perlu melakukan intervensi agar harga tetap stabil. Adapun tujuannya semata-mata untuk mencegah terjadinya tindak kezaliman terhadap masyarakat dalam rangka mewujudkan kemaslahatan.
Kedua, konsep maslahah dalam kebijakan pengelolaan zakat yaitu pengelolaan zakat produktif.
Pengelolaan zakat di Indonesia diatur dalam UU No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat. Secara umum, pendistribusian zakat yang sering kita jumpai berupa zakat konsumtif kepada para mustahik (penerima zakat) yang tergolong ke dalam 8 asnaf untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Akan tetapi, kelemahan zakat konsumtif ini kurang begitu membantu untuk kebutuhan jangka panjang mustahik. Hal ini dikarenakan zakat konsumtif hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari (kebutuhan jangka pendek).
Maka dari itu, diperlukan juga pola pendistribusian zakat yang bersifat zakat produktif. Berbeda dengan zakat komsumtif, zakat produktif dapat didayagunakan untuk usaha produktif.
Ketiga, konsep maslahah pada lembaga-lembaga perbankan dan keuangan syari’ah.
Perekonomian yang saat ini masih berbasis bunga atau riba telah menciptakan corak interaksi keuangan menjadi amburadul. Bunga membuat sistem keuangan dunia menjadi pincang karena terciptanya ketidakadilan bagi masyarakat sehingga negara-negara miskin dan berkembang akan terus bergantung secara finansial kepada negara maju.
Sifat pre-determined return yang dimiliki bunga akan membuat perilaku para pemegang kapital cenderung memutar uangnya sebagai alat untuk men-generate pendapatan melalui sektor finansial ketimbang mendapatkan keuntungan melalui aktivitas produktif disektor riil.
Sebagai solusi, Islam menawarkan sistem bagi hasil dimana setiap usaha akan mengalami pemerataan resiko, yaitu adanya resiko untung atau rugi. Setiap pihak harus menerima resiko untung ataupun rugi sesuai dengan akad yang telah ditentukan di awal perjanjian. Selain itu, dalam mekanismenya bagi hasil harus sesuai dengan prinsip syariah, tidak diperkenankan mengandung unsur riba, judi dan gharar (ketidakpastian), serta larangan memproduksi barang haram seperti khamr (minuman keras). Dari sudut pandang tersebut menunjukkan konsep maslahah merupakan konsep fundamental dalam perkembangan ekonomi Islam.
Thank You....