Introducing 

Prezi AI.

Your new presentation assistant.

Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.

Loading…
Transcript

Sultan Iskandar Muda {1607 - 1636 M}

Sultan Ali Mugayat Syah {1511 - 1530 M}

Raja pertama ini memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528 M. Di bawah kepemimpinannya, ia melakukan beberapa penyerangan seperti pada saat Portugis menduduki Malaka dan penyerangan terhadap Kerajaan Aru nan terletak di Pantai Timur Sumatra Utara. Kerajaan Aceh juga membentangkan sayap kekuasaannya pada waktu itu hingga ke wilayah Pasai dan Daya di Sumatra Utara.

Tahun 1607-1636 M pemerintahan Sultan Iskandar Muda menunjukkan kegemilangannya. Di tangannya, Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan nan besar dan sangat berpengaruh dalam global perdagangan Islam. Pada masa itu, Kerajaan Aceh menjadi loka transit para pedagang Islam dari negara barat.

Untuk dapat menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan wilayah penghasil lada, Sultan Iskandar Muda menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Selain itu, Kerajaan Aceh juga menduduki beberapa wilayah seperti Aru, Kedah, Pahang, Indragiri, dan Perlak.

Kegemilangan Sultan Iskandar Muda ini juga diiringi oleh kemunculan dua orang pakar tasawuf nan sangat terkenal di Aceh. Mereka ialah Syeikh Ibrahim As-Syamsi dan Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As-Samatrani. Tidak lama sepeninggal Sultan Iskandar Muda, tahtanya digantikan oleh Sultan Iskandar Thani nan tak lain ialah menantunya.

Sultan Salahuddin {1528 - 1537 M}

Sultan Iskandar Thani {1636 - 1641 M}

Putra dari Sultan Ali Mughayat Syah ini otomatis menggantikan kedudukan sang ayah ketika beliau wafat. Ia mulai memimpin sejak tahun 1528-1537 M. Pada masa kepemimpinannya, kejayaan Kerajaan Aceh mulai menurun. Sultan Salahuddin tak memiliki taktik mempertahankan kejayaan dan hanya duduk di tahtanya saja. Oleh sebab itu, serta merta ia digantikan oleh saudaranya, Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar.

Sultan Alauddin Ri'ayat syah Al-qahar {1531 -1568 M}

Sultan Iskandar Thani memimpin Kerajaan Aceh di Indonesia pada tahun 1636-1641 M. Selama menjalankan pemerintahan, ia meneruskan cara Sultan Iskandar Muda dalam memimpin. Pada masa pemerintahannya ini, lahirlah seorang ulama besar nan sangat dihormati oleh masyarakat Aceh dan keluarga sultan khususnya nan bernama Nuruddin Ar-Raniri.Sepeninggal Sultan Iskandar Thani, kepemimpinan Kerajaan Aceh digantikan oleh putri Sultan Iskandar Muda. Gelar wanita ialah Putri Sri Alam Permaisuri. Ia mulai memimpin Kerajaan Aceh sejak tahun 1641 M sampai 1675 M. Kerajaan Aceh di Indonesia mulai mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Thani. Kemunduran ini terjadi atas beberapa penyebab, seperti kudeta antara pewaris tahta kerajaan, makin meluasnya kekuasaan Belanda di Sumatra dan Selat Malaka, serta runtuhnya Minangkabau, Tapanuli, Siak, Mandailing, Bengkulu, dan Deli oleh penjajah Belanda. Pada tahun 1824, Traktat London ditandatangani. Traktat ini menjelaskan tentang penyerahan kekuasaan kepada Belanda dalam menguasai kawasan Inggris di Sumatra. Dan, Belanda akan memberikan segala bentuk kekuasaan perdagangannya di India dengan tak menandingi Inggris dalam menguasai Singapura. Trakta ini tentu menyulitkan Kerajaan Aceh dalam bergerak sehingga kemunduran pun ditemuinya.

Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar memerintah tahun 1537-1568 M. Perombakan demi perombakan dilakukannya demi mengembalikan kejayaan Kerajaan Aceh seperti semula, bahkan lebih hebat. Perombakan di pemerintahan menjadi titik beratnya. Karena, pemerintahan nan baik akan membantunya menjalankan kepemimpinannya.

Sultan Alauddin berusaha melakukan ekspansi kekuasaan dengan menyerang Kerajaan Malaka namun usaha ini gagal. Selanjutnya, ia mendapat hadiah dengan sukses ditaklukkannya wilayah Kerajaan Aru. Sepeninggal Sultan Alauddin Syah, Kerajaan Aceh berangsur-angsur mengalami masa suramnya.

Perebutan kekuasaan dan pemberontakan kerap terjadi di Kerajaan Aceh. Beruntung, datang seorang Sultan Iskandar Muda nan meredam gejolak di Tanah Rencong.

Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah {1641 - 1675 M}

Sultanah Safiatuddin bergelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Shah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Shah. Putri dari Sultan Iskandar Muda dan dilahirkan dengan nama Putri Sri Alam. Safiatud-din Tajul-’Alam memiliki arti “kemurnian iman, mahkota dunia.” Ia memerintah antara tahun 1641-1675. Diceritakan bahwa ia gemar mengarang sajak dan cerita serta membantu berdirinya perpustakaan di negerinya.

Sultanat Safiatuddin memerintah selama 35 tahun, dan membentuk barisan perempuan pengawal istana yang turut berperang dalam Perang Malaka tahun 1639. Ia juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah dari kerajaan. Sejarah pemerintahan Sultana Safiatuddin dapat dibaca dari catatan para musafir Portugis, Perancis, Inggris dan Belanda. Ia menjalankan pemerintahan dengan bijak, cakap dan cerdas. Pada pemerintahannya hukum, adat dan sastra berkembang baik

Kerajaan Islam Aceh Darussalam

Disusun Oleh:

1. Aulia Qurrotu Aini

2. Ajeng Dwi Rahmawati

3. Novita Restu Nur Aisyah

Learn more about creating dynamic, engaging presentations with Prezi