Introducing
Your new presentation assistant.
Refine, enhance, and tailor your content, source relevant images, and edit visuals quicker than ever before.
Trending searches
Wayang kulit tanpa iringan gamelan dan pesinden yang melawan arus kecenderungan baru tersebut dinamakan wayang garing. Wayang garing adalah salah satu kesenian wayang yang lahir di Kabupaten Serang, Banten, yang hingga kini sering muncul di pelosok pedesaan.
Kini, wayang kulit yang merupakan produk berbahan baku kulit binatang seperti sapi, kerbau, kambing, dan lainnya itu banyak diproduksi sebagai produk yang dikategorikan sebagai suvenir. Kini, tokoh-tokoh wayang hadir pada produk lukisan, topeng, kap lampu, pembatas buku, gantungan kunci, kipas, dan aneka suvenir lainnya.
Bahan pokok untuk membuat wayang adalah kulit kerbau.Kulit sapi dapat digunakan sebagai bahan baku namun tidak sebaik kulit kerbau, karena kulit sapi lebih lentur. Proses dimulai dengan pembersihan dan pengeringan kulit kerbau.Hasil dari proses ini adalah lembaran-lembarahan kulit. Kulit kerbau yang masih muda akan lebih baik mutunya daripada kulit kebau yang sudah tua. Kulit kerbau muda akan lebih mudah ditatah. Kulit kerbau yang punya penyakit kurap lebih baik mutunya karena memiliki kadar lemak yang rendah. Perajin-perajin kulit mentah banyak dijumpai di daerah pengrajin wayang.
Pergelaran wayang kulit tanpa iringan gamelan dan tembang para pesinden, mungkin sulit dibayangkan bentuknya. Bagi yang belum pernah menonton, boleh jadi itu merupakan seni pertunjukan yang membosankan, tidak meriah, dan terasa garing (kering).
3. Gerabah
ini merupakan sentra kerajinan gerabah, di Kampung Kosambi, Desa Bumi Jaya, Ciruas, Serang, Banten. Kampung ini sudah dikenal sebagai daerah penghasil gerabah sejak ratusan tahun lalu. Sekitar 450 keluarga warga Kampung Kosambi ini menekuni usaha pembuatan gerabah dari tanah liat.
gerabah terlebih dahulu diolah di tempat ini. Bahan baku utamanya tanah liat dan pasir halus.
Tanah liat yang telah dicampur pasir dibentuk dengan menggunakan alat tradisional. Proses pengerjaannya dilakukan dengan tangan. Namun membuat gerabah tidak mudah. Hanya mereka yang sudah terampil saja yang dapat membuat gerabah dengan kualitas baik.
Gerabah yang telah selesai dibentuk kemudian dijemur. Setelah kering, gerabah lalu dibakar di tempat pembakaran. Berbagai jenis gerabah dihasilkan disini. Bentuknya relatif sederhana dan merupakan perlengkapan rumah tangga sehari-hari. Ada juga gerabah untuk hiasan taman.
Hasil kerajinan ini sudah tergolong barang ekspor andalan, Gerabah yang dihasilkan dipasarkan ke wilayah sekitar Banten, Jawa Barat, Jakarta, Yogyakarta hingga ke Bali.
Namun sayangnya hasil gerabah yang di export ke Bali dijual tanpa diberi sentuhan kreativitas seperti ukiran, sehingga oleh warga Bali, gerabah asal Banten itu disempurnakan dengan cara memberi hiasan pada gerabah. jika saja produk Banten ingin dikenal masyarakat di tingkat nasional dan internasional, maka pengrajin Banten perlu mengolah dan meningkatkan kreativitas-nya dalam menciptakan sebuah produk.
OLEH:
Eileenthia Nimas A.
Evangelina C.
Jasmine R.
Maria Fellycia
XI MIPA 5
1. Tas Koja
4. Gelang Handam
Gelang ini adalah aksesoris pria yang biasa dikenakan oleh Urang Kanekes, sebutan untuk masyarakat Baduy. Gelang ini terbuat dari batang Pohon Teureup dan penyambung yang terbuat dari rotan. Ukuran gelang ini, apabila terlalu besar, dapat disesuaikan dengan cara memotong bahan kayu Teureup yang ada di gelang ini.
Tas salah satu aksesories yang telah menjadi bagian keseharian dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan hal ini telah dijadikan nenek moyang manusia selama ratusan tahun yang lalu. Tidak terkecuali dengan suku-suku tradisional yang mendiami bumi nusantara. Salah satunya adalah Suku Baduy di Pegunungan Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Suku Baduy juga memiliki tas yang terbuat dari bahan alami koja atau jarog, tas ini menjadi bagian suku baduy dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Terbuat dari kulit kayu Pohon Teureup atau terap yang memiliki ketahanan terhadap rayap, koja diproduksi dengan cara yang tradisional. Proses ini dimulai dengan mencari jenis pohon tersebut di pedalaman hutan.
Setelah kulit pohon ditemukan, proses selanjutnya adalah mengambil kulit pohon yang akan dijadikan sebagai bahan dasar tas koja. Kulit pohon ini akan dijemur sampai kering lalu akan dijadikan serabut guna memudahkan dalam pembuatan benang.
Benang yang telah terajut kemudian disambung hingga menjadi bentuk tas yang diinginkan. Umumnya lama proses pembuatan tas ini bisa membutuhkan waktu beberapa hari hingga seminggu. Tergantung dengan kesediaan bahan baku dan kerumitan motif yang dibentuk dalam tas koja.
Tas koja atau jarog digunakan Suku Baduy dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Seperti berladang, bercocok tanam, hingga menangkap ikan disungai. Bentuknya yang menyerupai kotak dan mudah dibawa menjadikan tas ini selalu terlihat mendampingi dimana pun Suku Baduy berada.
Suku Baduy biasa membawa tas ini dengan cara dijinjing pada bagian pundak atau disilangkan. Keunikan tas ini selain warnanya yang coklat kehitaman menyerupai kulit kayu, tas koja ini akan membusuk secara alami ketika sudah tidak terpakai oleh pemiliknya.