pasal 1 ayat 2 : Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
pasal 72 ayat 2 : Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan , atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
1. Agen tidak dibenarkan menjual produk-produk perusahaan lebih rendah dari harga konsumen yang telah ditentukan oleh perusahaan
2. Agen tidak dibenarkan memberikan penjelasan yang salah mengenai Rencana Pemasaran Perusahaan Maupun semua informasi tentang produk yang tidak sesuai dengan penjelasan resmi dari perusahaan
3. Agen Axogy tidak dibenarkan memaksa konsumen untuk membeli produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan.
4. Agen tidak dibenarkan menjual produk-produk yang telah kadalauarsa, kemasan produk rusak sebagian atau seluruhnya.
5 Agen tidak dibenarkan mengganti kemasan produk dengan tujuan menjualnya kepada konsumen.
6. Agen tidak dibenarkan untuk menggandakan atau meminta orang lain menggandakan secara menyeluruh atau sebagian dari barang-barang cetakan, audio, video tanpa persetujuan tertulis dari perusahaan.
7. Bagi Agen yang melanggar ketentuan ini maka kepadanya akan diberikan sanksi sesuai dengan kode etik dan peraturan usaha ini.
kode etik perusahaan air mineral Axogy di buat oleh PT Mega Tirta Alami
whistle blowing
apakah whistleblowing menjadi aturan tertulis di perusahaan ?
"Pada sosialisasi yang dilaksanakan di Kantor Pusat DJP pada bulan Oktober, Direktur Jenderal Pajak berkesempatan hadir untuk memberikan sambutan dan pengarahan. Dalam sambutan dan pengarahannya, Direktur Jenderal Pajak menyampaikan bahwa DJP harus bangga dengan terbitnya Perdirjen Nomor PER-22/PJ/2011 tersebut karena DJP menjadi institusi tingkat eselon I pertama yang merealisasikan dan secara kongkrit bisa mewujudkan whistleblowing system menjadi suatu peraturan, yang bahkan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi acuan bagi unit/instansi pemerintahan yang lain bahkan instansi swasta."
konsekuensi karyawan terhadap perusahaan
yang membahayakan loyalitas
kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat rahasia, yang diperoleh dari suatu profesi
Dokter mengenai informasi pasiennya
Akuntan mengenai kondisi keuangan perusahaan
Dalam konteks perusahaan: melaporkan kesalahan baik dilakukan perorangan sekelompok karyawan untuk membocorkan kecurangan yang ada dalam perusahaan kepada dunia luar
2 macam whistle blowing:
whistle blowing internal (seorang/beberapa karyawan tahu tentang kecurangan karyawan lain atau kepala bagiannya dan melaporkannya kepada atasan yang lebih tinggi)
whistle blowing eksternal (pelaporan kesalahan perusahaan kepada instansi di luar perusahaan)
merupakan bentuk whistle blowing eksternal (pegawai dinas tenaga kerja)
motivasi pelaporan : memperjuangkan hak kesejahteraan hari raya dan diskriminasi status karyawan
*sumber : website resmi direktorat jendral pajak
arti
karyawan dealer motor di pare-pare melaporkan atasanya kepada kantor dinas tenaga kerja atas tidak diberikannya THR (tunjangan hari raya).
internal
eksternal
orang yang bekerja di tempat produksi barang komersil dan tahu akan bahan-bahan serta cara pembuatan barang tersebut, lalu menciptakan barang tersebut dengan merk lain.
kewajiban ketaatan
kasus diatas melanggar UU tentang hak cipta
konsekuensi orang yang bekerja di perusahaan
berkaitan dengan kode etik perusahaan